Senin 17 Jun 2019 19:34 WIB

Tunawicara di Cimahi Diduga Jadi Korban Kekerasan Seksual

Penyandang disabilitas diduga jadi korban kekerasan seksual di Cimahi

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ilustrasi Kekerasan Seksual
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Kekerasan Seksual

REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Salah seorang penyandang disabilitas tunawicara yang masih berusia dibawah umur diduga menjadi korban kekerasan seksual oleh pekerja sosial (peksos). Diduga peristiwa itu berlangsung saat korban tengah mengikuti pelatihan keterampilan bagi disabilitas di wisma milik Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat di Kota Cimahi.

Orang tua asuh korban, YR mengungkapkan dugaan kekerasan seksual terhadap korban berlangsung saat pertengahan Ramadhan kemarin. Peristiwa tersebut terungkap saat sebelum Lebaran korban pulang ke rumah ibunya.

"Minggu kemarin, ibunya ngontak ke saya ingin ketemu bilang ada masalah. Ibunya bilang anaknya terkena pelecehan seksual," ujarnya saat ditemui di Kota Cimahi, Senin (17/6). Kemudian, sontak ia mengaku kaget dan menanyakan bantuan apa yang bisa dilakukan untuk korban.

Ibu korban, ia mengungkapkan bercerita sosok pekerja sosial tersebut pernah datang ke rumahnya untuk mengajak anaknya membeli jam tangan. Karena melihat atribut peksos di jaket miliknya, ibunya YR mengatakan memberikan izin.

Pasca itu, menurutnya sang ibu langsung mencari tahu sosok pekerja sosial yang mengajak anaknya keluar. Kemudian, saat anaknya pulang, YR mengungkapkan ibunya bertanya tentang sosok peksos tersebut.

YR mengatakan anaknya membalas jawaban ibunya dengan menyebut jika sosok pekerja sosial tersebut orang baik. Namun, ibunya menyebut jika peksos tersebut sudah beristri dan telah memiliki anak.

"Akhirnya dia mikir, terus memblokir no HP peksos itu. Ibunya terus ngambil HP anaknya dan darisitu membaca keganjilan dari isi smsnya yang pernah diajak ke Sumedang tapi anaknya gak mau dan pernah diberi makan," katanya.

Melihat kondisi anaknya, YR mengatakan ibu korban berinisiatif untuk melakukan visum mandiri di RSUD Cibabat. Namun, karena memerlukan surat pengantar visum dari kepolisian, akhirnya ibunya bersama dirinya melaporkan kejadian tersebut ke Polres Cimahi.

Pasca melaporkan ke Polres Cimahi, ia mengungkapkan anak tersebut di BAP pada Kamis pekan kemarin. Kemudian menceritakan dan memeragakan apa yang telah menimpanya. "Setelah itu (mengetahui) kita syok," katanya.

Dirinya mengatakan Jumat kemarin pihaknya langsung menuju RSUD Cibabat untuk melakukan visum diantarkan oleh petugas polres. Kemudian pasca visum dilakukan, dokter yang menangani berbicara dengannya dan mengatakan jika kondisi bagian sensitif korban baik-baik namun terdapat luka robek di bagian luar.

YR menambahkan, korban merupakan korban selamat dari Tsunami Aceh yang terjadi 2004 silam. Saat itu, katanya ayahnya dan keluarga besarnya meninggal dunia. Sehingga ibunya memutuskan pindah kesini.

Dirinya merasa bertanggungjawab dalam maslaah yang dihadapi anak asuhnya. Sebab, ibu korban menitipkan anaknya kepada dirinya saat mengikuti pelatihan yang berlangsung sejak Maret dan hingga Oktober mendatang.

Saat ini, ia mengungkapkan korban tengah bersama keluarganya ditempat yang aman. Kondisi korban saat ini menurutnya mengalami syok dan cenderung lebih banyak menyendiri. 

Terpisah, Kasatreskrim Polres Cimahi, AKP Niko Adiputra membenarkan adanya laporan kasus dugaan kekerasan seksual terhadap penyandang disabilitas dibawah umur. Pihaknya saat ini masih melakukan penyelidikan termasuk mengumpulkan alat bukti dan keterangan terlebih dahulu.

"Korban diberi surat pengantar untuk visum di rumah sakit. Hasilnya 2 minggu diketahui," katanya. Saat ini pihaknya pula belum menetapkan status hukum kepada terduga pelaku.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement