Ahad 14 Jul 2019 06:06 WIB

Pijakan Awal Revolusi Conte

Conte dikenal sebagai salah satu pelatih yang menerapkan latihan yang sangat berat.

Antonio Conte
Foto: AP Photo/Manu Fernandez
Antonio Conte

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh: Reja Irfa Widodo

MILAN -- Bukan Milan, Roma, ataupun kota besar di Italia yang bakal menjadi lokasi awal Inter Milan guna mempersiapkan diri menghadapi musim depan, tapi sebuah kota kecil di ujung selatan Swiss, Lugano. Di kota, yang berjarak 78,2 kilometer dari Milan itulah, La Beneamata melakoni pemusatan latihan perdana jelang musim kompetisi 2019/2020.

Rencananya, sebuah laga uji coba menghadapi klub lokal, FC Lugano, Ahad (14/7) waktu setempat, bakal menutup rangkaian latihan perdana Inter Milan, sebelum melakoni turnamen pramusim, International Championship Cup, pertengahan bulan ini. Di kota Lugano inilah awal dari sebuah revolusi besar, yang dimotori pelatih Antonio Conte, dimulai di tubuh skuat La Beneamata.

Senin (8/7) waktu setempat, para penggawa Inter Milan telah berada di Lugano dan menjalani latihan perdana. Mulai dari sejumlah penggawa anyar, seperti Stefano Sensi dan Valentino Lazaro, hingga penggawa-penggawa senior, seperti Stevan de Vrij dan Milan Skriniar, sudah berkumpul bersama skuat La Beneamata.

Tidak ketinggalan, hadir pula Radja Nainggolan dan Mauro Icardi, yang sebenarnya telah siap dilepas Inter Milan pada bursa transfer musim panas kali ini. Hanya bek tengah anyar, Diego Godin; bek asal Brasil, Miranda; dan penyerang asal Argentina, Lautaro Martinez yang belum bergabung lantaran masih menjalani masa istirahat pasca tampil di Copa America 2019.

Sayangnya, semua sesi latihan yang dilakoni Inter Milan, di bawah kendali Conte, dilakukan secara tertutup. Para fans, apalagi media, tidak diperkenankan untuk bisa melihat secara langsung semua sesi latihan La Beneamata tersebut. Kendati begitu, sebuah pengakuan rekrutan baru Inter Milan, Valentino Lazaro, sempat mengungkapkan beratnya menu latihan yang diterapkan Conte.

''Saya merasa cukup baik, tapi benar-benar lelah, karena kami semua berlatih dengan sangat keras. Ini baru hari kedua, tapi kami sudah tahu bagaimana kerasnya Conte bekerja, dan kami merasakannya (kelelahan) di kaki kami. Namun, ini wajar karena saat ini adalah pramusim,'' tutur Lazaro seperti dikutip Football Italia, tengah pekan ini.

Selama ini, Conte memang dikenal sebagai salah satu pelatih yang menerapkan latihan yang berat buat anak-anak asuhnya. Kondisi fisik yang prima, yang berimbas pada penampilan tidak kenal lelah di atas lapangan selama 90 menit, menjadi salah satu fokus utama eks pelatih timnas Italia itu dalam menanangi sebuah tim.

Bahkan, demi mendukung pendekatan Conte tersebut, manajemen Inter Milan mendatangkan salah satu pelatih fisik berpengalaman, Antonio Pintus. Setelah mengakhiri kontrak bersama Real Madrid, pelatih fisik asal Italia itu diminta bergabung bersama La Beneamata. Pintus telah menjadi pelati fisik sejak 1991 dan pernah bergabung dengan sejumlah klub besar, seperti Juventus, AS Monaco, West Ham, Marseille, dan terakhir Real Madrid.

Namun, bukan hanya kekuatan fisik yang ingin dibangun mantan pelatih Juventus di Inter Milan, tapi juga mentalitas sebagai tim, dan kesadaran kolektif skuat i Nerazzurri untuk bisa mencapai target bersama. Conte pun tidak segan-segan untuk melepas pemain yang dianggap bakal mengganggu fokus tim di sepanjang musim depan.

Hal inilah yang agaknya melatarbelakangi keputusan Inter Milan untuk mau melepas Mauro Icardi dan Radja Nainggolan di bursa transfer musim panas kali ini. ''Anda tidak akan bisa kemana-mana sebagai individu, tapi sebagai tim, kami bisa berkembang lebih jauh. Target kami adalah tampil lebih stabil dan lebih bisa diandalkan. Semua pemain harus mentaati kesepakatan ini, jika tidak, maka mereka lebih baik menepi,'' tutur Conte seperti dikutip Football-Italia.

Sepanjang karier kepelatihanya, Conte memang tidak segan untuk memberikan sanksi kepada pemain yang dianggap berseberangan dengan dirinya. Contoh teranyar adalah saat David Luiz ditepikan Conte saat masih membesut Chelsea, dua musim lalu. Pendekatan yang sama agaknya bakal dilakukan Conte di Inter Milan.

Sementara dari segi taktik, pelatih berusia 49 tahun itu mengaku memiliki ide-ide yang terus berubah dan disesuaikan dengan kondisi tim yang dilatihnya. Namun, perubahan itu tidak akan meninggalkan koridor utama, yaitu menampilkan sepak bola menyerang. Identitas permainan inilah yang ingin dibangun eks pelatih timnas Italia itu.

Dengan identitas ini, Conte berharap bisa membawa kembali Inter Milan bersaing secara langsung dalam perebutan Scudetto, Coppa Italia, dan tampil apik di Liga Champions. Selama ini, Conte memang dikenal sebagai pelatih yang cerdas dan jeli dalam menerapkan perubahan taktik dan strategi permainan.

Pada musim pertamanya di Liga Primer Inggris, Conte sempat memasang formasi 4-3-3. Namun, seiring dengan perjalanan The Blues di Liga Primer Inggris, Conte merubah formasi timnya menjadi 3-4-3. Pada saat itu, Conte menjadi satu dari sedikit pelatih di Inggris yang menerapkan formasi tiga bek. Namun, hasilnya maksimal. Conte meraih titel Liga Primer Inggris bersama Chelsea di musim debutnya di kancah Liga Primer Inggris.

Conte pun mengungkapkan, dengan skuat yang dimiliki Inter Milan saat ini, bukan tidak mungkin dirinya akan mengawali kompetisi musim depan dengan formasi tiga bek.

''Melihat skuat Inter saat ini, yang cukup kuat di sisi pertahanan, maka logikanya, pertahanan tiga bek akan menjadi taktik yang tepat pada awal musim. Namun, semua masih bisa berubah dan kami akan melihat bagaimana sistem ini berjalan,'' kata pelatih yang menggantikan Luciano Spalletti tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement