REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Cina, Senin (22/7), mengkritik keras unjuk rasa warga Hong Kong akhir pekan lalu. Dalam aksi itu, pengunjuk rasa melemparkan telur ke Kantor Perwakilan Cina di Hong Kong.
Cina juga menuduh pengunjuk rasa melakukan kekerasan. Namun, mereka tidak menyinggung sama sekali soal serangan terhadap para pengunjuk rasa dan warga sipil pada Ahad malam.
Kritik keras itu disampaikan melalui harian resmi Cina, People's Daily, edisi Senin. Komentar mereka yang dimuat di halaman depan dengan judul "Pemerintah Pusat tidak Bisa Ditentang". Mereka juga menyebut aksi pengunjuk rasa sebagai hal yang tidak bisa ditoleransi.
Unjuk rasa hingga Ahad malam lalu diikuti lebih dari 100 ribu orang dengan membidik Kantor Perwakilan Cina di Hong Kong. Mereka berjalan kaki menuju pusat kota dan menyerukan tuntutan demokrasi dan investigasi atas penggunaan kekuatan oleh polisi dalam aksi sebelumnya.
Dalam insiden terkait, para pengunjuk rasa yang akan pulang mendapatkan serangan saat mereka berada di kereta bawah tanah Yuen Long. Penyerang diperkirakan sengaja membidik pengunjuk rasa prodemokrasi.
Sekurangnya 45 orang cedera akibat serangan tersebut. Bahkan, 15 orang di antaranya masih harus mendapatkan perawatan hingga Senin siang. Rumah sakit menyebutkan, satu orang di antara orang yang cedera itu dalam kondisi kritis.
Rekaman video keamanan menunjukkan, sejumlah pria berkaus putih, beberapa orang di antaranya membawa tongkat, memenuhi Stasiun Kereta Yuen Long lalu menyerbu kereta. Mereka menyerang penumpang dengan pipa, tongkat, dan benda lainnya.
Serangan kelompok bertopeng di stasiun kereta Hong Kong
Salah satu saksi mata adalah anggota parlemen dari Partai Democratic, Lam Cheuk-ting. Menurut dia, penyerang tampaknya membidik para pengunjuk rasa yang saat itu berbaju hitam. Lam sendiri menderita cedera pada wajah dan sempat dirawat. Polisi tak mengindahkan panggilan teleponnya.
"Mereka sengaja menutup mata terhadap serangan-serangan yang dilakukan gang tersebut terhadap warga biasa," kata Lam. (reuters/ap ed: yeyen rostiyani)