REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA— Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluarkan satu kali awan panas guguran dengan jarak luncur 1.000 meter ke arah hulu Kali Gendol pada Rabu (24/7).
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, melalui keterangan resminya menyebutkan luncuran awan panas guguran terjadi pada pukul 06:16 WIB dengan amplitudo maksimal 60 mm dan durasi 100 detik.
Berdasarkan pengamatan BPPTKG dari pukul 06:00-12:00 WIB, terekam satu kali gempa awan panas guguran di gunung itu dengan amplitudo 60 mm selama 100.1 detik, satu kali gempa guguran dengan amplitudo 4 mm selama 32.5 detik, dan satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 12 mm selama 150.4 detik
Hasil pengamatan visual menunjukkan asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi 20 meter di atas puncak kawah.
Angin di gunung itu bertiup lemah hingga sedang ke arah barat daya, barat, dan barat laut. Suhu udara 22-26.7 derajat Celcius, kelembaban udara 23-71 persen, dan tekanan udara 569.6-710 mmHg.
Hingga saat ini, BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau waspada dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sehubungan semakin jauhnya jarak luncur awan panas guguran Merapi, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.
Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi atau kantor BPPTKG, atau melalui media sosial BPPTKG.