REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sutradara Jejak Langkah Dua Ulama, Sigit Ariansyah mengungkapkan, akan ada adegan pertemuan KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy'ari dan RA Kartini di film tersebut. Mereka dipertemukan oleh KH Saleh Darat.
Ia mengatakan, salah satu kesulitan menggarap film Jejak Langkah Dua Ulama lantaran banyaknya versi cerita. Di antaranya, yang mengatakan kalau Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim tidak pernah bertemu.
Tapi, di sisi lain, banyak pula yang mengatakan jika keduanya sempat bertemu di tempat Kiai Saleh Darat. Ini dikuatkan fakta Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim memang sama-sama murid Kiai Saleh Darat.
"Walaupun zaman dulu ada santri-santri kilatan, misal datang cuma Ramadhan, ini saya manfaatkan untuk beliau berdua bertemu dan beliau berdua diajak Kiai Saleh bertemu Kartini," kata Sigit kepada Republika, Rabu (24/7).
Sigit ingin pula menyampaikan pertemuan keduanya dengan Kartini. Termasuk, pengaruh Kiai Saleh yang sampai-sampai membuat Kartini merefleksikan Surat Albaqarah jadi Habis Gelap Terbitlah Terang.
"Karena itu sesuatu yang penting, sebenarnya bukan fiktif, faktanya beliau berdua bertemu Kartini, tapi ada yang bilang bareng ada yang bilang terpisah, saya pilih versi yang itu," ujar Sigit.
Ia berpendapat, kalaupun adegan itu dianggap salah atau fiksi, bisa dikatakan fiksi yang membawa berkah. Menurut Sigit, pertemuan Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim cuma akan terjadi satu kali.
Sisanya, pertemuan Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim lewat Basyir, salah satu benang merah Jejak Langkah Dua Ulama. Basyir sendiri merupakan santri Kiai Hasyim dan disebut masih kemenakan Kiai Dahlan.
Kasting pemain dilaksanakan di DIY dan Jawa Timur. Risetnya, dilakukan Tim LSBO PP Muhammadiyah di DIY dan sekitarnya, serta Tim Tebuireng di Jawa Timur dan sekitarnya.
Sejak awal, Sigit mengaku perasaannya campur aduk menerima tawaran menggarap Jejak Langkah Dua Ulama. Uniknya, Sigit turut memberikan syarat-syarat seperti wajib bisa baca kitab kuning atau faseh.
"Dari awal kita tidak bikin film dengan karakter kiai tapi mengucap insya Allah saja tidak faseh, saya tidak peduli siapapun dia, asal bisa akting dan memenuhi syarat-syarat," kata Sigit.
Terkait alur cerita, ia mengaku siap-siap saja jika nantinya memang ada kontroversi. Sebab, begitu banyak versi cerita yang didapatkan, dan harus memilih salah satu versi untuk masuk film.
Bagi Sigit, membicarakan sejarah memang akan selalu seperi itu, baik sejarah nasional maupun sejarah internasional. Karenanya, ia siap jika muncul kontroversi-kontroversi atas film tersebut.