Ahad 28 Jul 2019 19:28 WIB

Tak Bijak Gunakan Internet, Peradaban Bisa Runtuh

Karena miskin critical thinking, kelompok milenial dinilai rentan jadi radikal

Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar dialog publik bertajuk
Foto: Istimewa
Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar dialog publik bertajuk "Menyatukan Perbedaan, Membangun Negeri" di Kota Manado, Ahad (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO – Kementerian Komunikasi dan Informatika terus melakukan upaya memberantas konten-konten negatif dan berita bohong (hoax) lewat kegiatan dialog publik. Kota Manado kali ini disinggahi untuk digelar dialog publik bertajuk “Menyatukan Perbedaan, Membangun Negeri”.

Staf ahli Menteri Komunikasi dan Informatika , Henry Subiakto mewakili Menteri Rudiantara memberikan penjelasan kepada public dalam upaya merawat persatuan di era digital. Menurut guru besar ilmu komunikasi Universitas Airlangga ini, karakter generasi milenial saat menjadi sorotan utama dalam pembangunan komunikasi dan informasi. Smartphone dan koneksi internet, disebutnya sebagai kebutuhan primer bagi generasi milenial saat ini.

“Mereka (generasi milenial) membutuhkan smartphone dan koneksi internet sebagaimana manusia membutuhkan oksigen,” ujar Henry di Manado, Sulawesi Utara, dalam rilisnya, Ahad (28/7).

Menariknya, Henry melanjutkan, karakter generasi milenial di internet selain untuk eksistensi diri di gadget, mereka juga menyukai inovasi, perhatian pada lingkungan, isu-isu keadilan dan sosial politik. Inilah yang menjadi penyebab terdapat gejala sosial di era digital, di mana terdapat pembelahan dan diprovokasi oleh isi media sosial yang dipenuhi hoax dan hate speech, yang secara tidak sadar mempengaruhi perilaku pengguna aktif media sosial.

“Inilah kenapa literasi menjadi penting. Orang sekarang hanya bisa terpisah 7 menit dengan handphonenya, dan rata-rata 4 jam sehari terkoneksi dengan internet,” ujar Henry.

Henry memaparkan beberapa hal yang menyerang dan mengancam karakter dan persatuan bangsa lewat internet. Pertama, propaganda asing, kedua, masuknya propaganda ideologi transnasional (NIIS dan ISIS), ketiga, intoleransi dan radikalisme dan terakhir adalah weaponization of social media (“tempur politik di media sosial”).

“Hoax menjadi alat propaganda yang dimanfaatkan banyak pihak, menjadi political game di berbagai negara,” ujarnya.

Salah satu penyebab kelompok milenial sangat rentan terkena dampak propoganda adalah kelompok ini menerima banyak hal dengan terbuka tanpa menyaring atau memfilter informasi yang didapatkan.

"Karena miskin critical thinking makanya kelompok milenial rentan jadi radikal," kata Irfan Amalee, Co-Founder Peace Generation.

Pada kesempatan yang sama, cendikiawan yang juga tokoh nasional Buya Syafii Maarif mengingatkan kembali pemerintah memiliki tugas untuk menyadarkan kelompok-kelompok yang kerap mengeluarkan isu-isu intoleransi, hoax dan hate speech. Meskipun dalam kondisi dirawat karena sakit, Buya Syafii memberikan penjelasan kepada audiens yang hadir di Manado lewat video.

“Kita harus menyadarkan kelompok-kelompok intoleran, yang tidak suka Indonesia bersatu, kelompok-kelompok yang maunya menang sendiri. Agar rakyat kita tidak mudah termakan isu, tidak mudah menerima informasi yang tidak benar. Apalagi di dalam kondisi politik pasca kebenaran (post truth), kalau tidak dibendung (propaganda negatif), maka peradaban bisa runtuh dan manusia kehilangan martabatnya,” tegas Buya Syafii.

Dalam mengelola perbedaan untuk membangun negeri, dosen Universitas Sam Ratulangi Manado Taufiq F Pasiak yang juga didaulat sebagai pembicara mengatakan kunci dari mengelola perbedaan adalah memperbaiki cara pandang masyarakat Indonesia terhadap Pancasila, Nasionalisme dan Multikulturalisme.

“Kita mulai dengan cara berfikir. Pancasila harus dianggap sebagai common denominator atau titik pertemuan persatuan bangsa. Nasionalisme sebagai state of mind dan multikulturalisme dinilai sebagai keragaman yang sudah merupakan takdir illahi,” kata Taufiq.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement