REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Delegasi Kota Kagoshima, Jepang, kembali mengunjungi Kabupaten Sleman, DIY. Kunjungan itu terkait pertukaran pengalaman terkait mitigasi bencana gunung berapi yang ada di Kota Kagoshima maupun di Sleman.
Delegasi diwakili Kepala Seksi Manajemen Krisis Kota, Takashi Kofuku, Dirjen Organisasi Mitigasi Bencana Gunung Api, Kenji Niihora, dan Direktur Pusat Riset Gunung Api Sakurajima, Masato Iguchi.
Kota Kagoshima merupakan ibu kota prefektur yang ada di ujung Pulau Kyushu. Di sana, ada salah satu gunung api teraktif di dunia yaitu Gunung Sakurajima, empat kilometer dari Kota Kagoshima.
Selama di Kabupaten Sleman, delegasi Kota Kagoshima mengunjungi sejumlah tempat seperti Museum Gunung Merapi. Mereka turut berdialog bersama relawan-relawan pencegahan bencana di Dusun Kinahrejo.
Kepala Seksi Manajemen Krisis Kota Kagoshima, Takashi Kofuku, mengaku kaget ketika tiba di Kabupaten Sleman. Pasalnya, dalam perjalanan Takashi melihat jarak Gunung Merapi yang sangat dekat.
"Masyarakat pasti was-was, dan kesiapsiagaan yang dibutuhkan pasti banyak sekali," kata Takashi, Kamis (31/7).
Ia sempat pula bercerita tentang Gunung Sakirajima yang dengan Kota Kagoshima cuma dipisahkan Teluk Kinko. Bahkan, kata Takashi, Gunung Sakurajima pernah mencatat 1.000 letusan dalam setahun.
Di Dusun Kinahrejo, delegasi disuguhi simulasi penanganan korban bencana relawan-relawan Desa Tanggap Bencana (Destana) Umbulharjo. Simulasi didampingi Kepala BPBD Kabupaten Sleman, Joko Suprianto.
Kunjungan diakhiri tukar pendapat delegasi Kota Kagoshima dan Pemkab Sleman. Pada kesempatan itu, disampaikan surat yang ditulis wali kota Kagoshima untuk bupati Sleman.
Takashi membahas kelanjutan MoU pada Oktober 2017 soal pertukaran promosi pencegahan bencana kegunungapian. Mereka berharap, Sleman dan Kagoshima bisa lebih mendalami kerja sama tersebut.
Kagoshima, lanjut Takashi, telah mengembangkan berbagai tindakan pencegahan bencana kegunungapian. Terlebih, telah hidup berdampingan dengan gunung aktif Sakurajima selama lebih dari 60 tahun.
"Ketika kami datang berkunjung, kami ingin menggunakan program kerja sama Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam memberikan informasi tersebut kepada Anda," ujar Takashi.
Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun menyampaikan, secara geografis, Kagoshima dan Sleman memang memiliki cukup banyak kesamaan. Khususnya, terkait potensi bencana yang mungkin terjadi.
Untuk itu, ia merasa, kerja sama ini merupakan kesempatan menggali informasi dan pengalaman Kota Kagoshima. Apalagi, sudah memiliki teknologi pencegahan dan sistem peringatan dini yang cukup maju.
"Sehingga, dapat meminimalisir korban jiwa maupun material ketika terjadi bencana," kata Sri.
Menurut Sri, sebagai daerah yang ada di lereng gunung berapi, Sleman merupakan salah satu laboratorium bencana. Sebab, memiliki sejumlah risiko bencana seperti erupsi, angin topan, dan tanah longsor.
Terkait itu, ia menekankan, tidak cuma penanggulangan yang perlu disiapkan. Tapi, harus melaksanakan upaya-upaya pencegahan dan membangun budaya sadar bencana masyarakat.
Pemkab Sleman, lanjut Sri, secara berkelanjutan membangun budaya sadar bencana dengan pelaksanaan gladi lapang. Ada pula wajib latih bagi kelompok masyarakat dan pelatihan mitigasi bencana.
"Hingga Juni 2019 telah terbentuk 48 Desa Siaga Bencana dan 63 satuan pendidikan yang telah dinyatakan sebagai Sekolah Siaga Bencana," ujar Sri.