Jumat 09 Aug 2019 16:28 WIB

Indahnya Toleransi: Gereja di Malang Misa Saat Idul Adha

GPIB Immanuel Malang tetap misa usai masjid laksanakan shalat Idul Adha.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Nashih Nashrullah
Lokasi Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel Malang memiliki jarak berdekatan sekitar 50 meter dengan Masjid Jami, Jumat (9/8).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Lokasi Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel Malang memiliki jarak berdekatan sekitar 50 meter dengan Masjid Jami, Jumat (9/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG – Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel Malang memiliki jarak Yeng begitu dekat dengan Masjid Jami. Jarak keduanya hanya sekitar 50 meter dalam satu area yang sama di sekitar Alun-alun Kota Malang.    

Seperti kegiatan biasanya, GPIB Immanuel selalu melakukan ibadah misanya setiap Ahad pukul 08.00 WIB. Namun untuk tahun ini, pelaksanaan ibadah ini ternyata bersamaan dengan salat Idul Adha. Jalan-jalan di area tersebut termasuk halaman depan gereja akan dipenuhi warga yang hendak shalat.   

Baca Juga

Atas kondisi tersebut, GPIB Immanuel Malang memastikan, kegiatan ibadah jemaatnya tidak akan terganggu. Pelaksanaan misa akan tetap dilaksanakan seperti biasanya. Dalam hal ini, mulai diselenggarakan pada pukul 08.00 WIB.

Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Malang, Pendeta Richard Agung Sutjahjono menerangkan, gerejanya saat ini sudah berusia 158 tahun. Selama 1,5 abad lebih, GPIB Immanuel Malang sudah terbiasa menerapkan toleransi keagamaan. "Terutama dengan takmir Masjid Jami Kota Malang," ujar Sutjahjono saat ditemui di Sekretariat GPIB Immanuel Malang, Jumat (9/8).   

Sebagai lazimnya sejak awal berdiri di masa Belanda, Sutjahjono menegaskan, tidak akan mengubah kebiasaan tersebut. Mereka tetap berupaya mempertahankan nilai toleransi keagamaan. Pihaknya juga tidak perlu meniadakan ibadah misa, mengingat kegiatan ini wajib dilaksanakan bagi umat kristiani.   

Menurutnya, jemaat masih bisa melaksanakan kegiatan misa pada pukul 08.00 WIB. Pelaksanaannya memungkinkan karena salah Idul Adha diselenggarakan pada pukul 06.00 WIB. 

"Dan karena selisih hanya dua jam, tidak akan mengganggu ibadah kami kecuali selisih kurang dari dua jam bisa menganggu gereja kami. Kalau seandainya mengganggu, kami memahaminya karena ini bagian dari kesadaran membangun toleransi keagamaan," jelas dia.  

Kalau pelaksanaan shalat Idul Adha melebihi pukul 08.00 WIB, Sutjahjono memastikan, kegiatan misa tetap berjalan. Ibadah misa dapat diundur hingga shalat Idul Adha selesai. Hal yang pasti, jemaat nantinya sudah memasuki gereja.    

Untuk menguatkan toleransi, Sutjahjono mengungkapkan, komisi gerejanya juga akan menyiagakan bantuan bagi umat Islam. Hal ini terutama pada warga yang pingsan akibat belum sarapan atau kehausan dan sebagainya. Adapula tim yang ikut menjaga keamanan agar umat Islam dapat menjalankan ibadah dengan khusyuk dan tenang. "Ini sudah teruji beratus-ratus tahun, kita selalu siap siaga," tegasnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement