Kamis 15 Aug 2019 09:42 WIB

Trump Ingin Bertemu Xi Jinping Bahas Krisis Hong Kong

Pertemuan ini ditujukan untuk membahas krisis politik yang semakin mendalam.

Rep: Puti Almas/ Red: Israr Itah
Presiden Donald Trump menggelar buka bersama di Gedung Putih
Foto: Manuel Balce Ceneta/AP Photo
Presiden Donald Trump menggelar buka bersama di Gedung Putih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyarankan adanya pertemuan dirinya dengan Presiden China Xi Jinping secara personal. Pertemuan ini ditujukan untuk membahas krisis politik yang semakin mendalam di Hong Kong. 

Melalui jejaring sosial Twitter, Trump meyakini bahwa Xi dapat menangani gelombang demonstrasi di Hong Kong yang semakin meningkat dengan cepat dan manusiawi. Ia juga mengatakan bahwa Xi pemimpin hebat yang sangat dihormati rakyatnya. 

Baca Juga

“Pertemuan secara personal?” tulis Trump di akhir cicitan Twitter tersebut dilansir BBC, Kamis (15/8). 

Komentar Trump datang menyusul gelombang demonstrasi yang terjadi di Hong Kong sejak awal Juni lalu semakin memburuk. Bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa juga dilaporkan terjadi pada Selasa (13/8) malam, setelah aksi protes secara damai digelar. Termasuk di antaranya di Bandara Internasional Hong Kong yang mengganggu penerbangan.

Pemicu demonstrasi ini adalah langkah Pemerintah Hong Kong untuk melegalkan ekstradisi tersangka ke China daratan, Makau, dan Taiwan. Aksi ini terus meluas dan menjadi salah satu krisis politik paling serius, sejak Hong Kong dikembalikan ke Cina oleh Inggris pada 1997, dengan ketentuan ‘satu negara dua sistem’ yang berarti Hong Kong dapat mempertahankan hak-hak khusus untuk kota tersebut. 

Pada akhir Juli, Cina memperingatkan bahwa pihaknya akan mengerahkan pasukan bersenjata ke wilayah itu untuk memadamkan demonstrasi anti-pemerintah. Hal itu telah menimbulkan kekhawatiran secara meluas oleh para aktivis. Namun, sejumlah analis mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi. 

Secara terpisah, penasihat keamanan nasional presiden AS, John Bolton, memperingatkan Cina untuk mengambil langkah dengan hati-hati di Hong Kong. Ia juga mengatakan bahwa warga Amerika terus mengingat peristiwa yang terjadi di Lapangan Tiananmen pada 1989.

Saat itu, terjadi tindakan keras militer terhadap protes yang dipimpin mahasiswa pada 1989, tepatnya di Lapangan Tiananmen, di Ibu Kota Beijing, China. Bolton mengingatkan bahwa pengulangan tindakan semacam itu akan menjadi kesalahan yang besar. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement