REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melansir bahwa sektor industri pengolahan menyumbang 74,52 persen dari nilai total ekspor Juli 2019 yang mencapai 15,45 miliar dolar AS. Tercatat ekspor industri pengolahan pada Juli lalu mencapai 11,51 miliar dolar AS.
"Struktur ekspor kita tidak banyak berubah, masih didominasi sektor industri pengolahan," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Kamis (15/8).
Selain itu, sektor tambang menjadi kontributor terbesar kedua yakni 13,06 persen atau sebesar 2,02 miliar dolar AS terhadap total ekspor. Kemudian disusul sektor migas dengan kontribusi 10,39 persen dan mencapai 1,61 miliar dolar AS pada periode yang sama.
Kontribusi selanjutnya datang dari sektor pertanian yang menyumbang 2,03 persen dari total ekspor dengan nilai 0,31 miliar dolar AS.
Industri pengolahan konsisten mendominasi kontribusi ekspor setiap bulannya, di mana pada tiga bulan terakhir yakni Juni 2019 angkanya mencapai 76,57 persen, Mei 2019 mencapai 75,72 persen dan April 74,77 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2019 mengalami defisit 63,5 juta dolar AS. Nilai total ekspor 15,45 miliar dolar AS dan nilai total impor 15,51 miliar dolar AS.
"Defisit pada Juli 2019 disebabkan oleh defisit sektor migas sebesar 142,4 juta dolar AS walaupun sektor nonmigas mengalami surplus 78,9 juta dolar AS," kata Suhariyanto.
Dengan demikian, neraca perdagangan sepanjang Januari-Juli 2019 mengalami defisit 1,9 miliar dolar AS. Angka defisit tersebut semakin mengecil jika dibandingkan defisit pada periode yang sama tahun lalu sebesar 3,2 miliar dolar AS.
"Defisit kita ini mengecil. Meskipun masih defisit, ke depan masih ada tantangan yang perlu diambil kebijakan yang tepat," tutur Suhariyanto.