REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semesta Hijau Dompet Dhuafa dan Rumah Hijau bekerja sama menangani permasalahan sampah di Pulau Pramuka dan Panggang, Jakarta sejak tahun 2013. Salah satu upaya yang dilakukan membantu memberdayakan para pengepul sampah.
Warga Rumah Hijau, Mahariyah menyampaikan, hasil kerjasama Rumah Hijau dan Dompet Dhuafa membuat asosiasi pengepul atau pengumpul sampah. Para pengepul sampah tersebut diberi mesin pencacah sampah untuk menaikkan nilai jual sampah yang mereka olah.
"Yang diolah sampah plastik karena sampah plastik yang punya nilai jual. Setiap pekan mesin pencacah sampah rata-rata mencacah 400 kg sampai 500 kg sampah," kata Mahariyah kepada Republika.co.id, Kamis (15/8).
Pendiri Rumah Hijau menceritakan, awalnya pengepul sampah di Pulau Pramuka dan Panggang mengangkut sampah plastik yang belum diolah ke Jakarta. Sehingga nilai jualnya tidak begitu tinggi, sementara biaya transportasinya tinggi.
Kalau sudah diolah oleh mesin pencacah sampah, nilai jual sampah plastik akan naik dan biaya transportasinya juga jadi turun. Sehingga mereka mendapatkan tambahan penghasilan dari mengelola sampah.
"Penghasilan para pengepul sampah bervariasi tergantung berapa banyak sampah yang mereka kumpulkan, ada yang jadi pengepul sebagai sampingan, ada juga yang menjadikannya sebagai pekerjaan pokok, penghasilan mereka rata-rata Rp 400 ribu per pekan," ujarnya.
Mahariyah mengatakan, Dompet Dhuafa telah memberikan satu unit mesin pencacah sampah untuk asosiasi pengepul sampah. Mesin tersebut dapat mengelola 500 kg sampai 1 ton sampah dalam sekali operasi.
Awalnya, pemberdayaan yang dilakukan Rumah Hijau dan Dompet Dhuafa menyasar semua masyarakat. Tapi, tahap pertama dibatasi untuk memberdayakan para pengepul sampah lokal dulu.
"Ada sekitar 16 pengepul sampah dari Pulau Panggang dan delapan pengepul sampah dari Pulau Pramuka yang tergabung dalam asosiasi, beberapa pengepul masih jalan, beberapa alih profesi, mata pencaharian di pulau kan berkembangan," ujarnya.