REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta India dan Pakistan mengurangi ketegangan di wilayah Kashmir. Hal itu dia sampaikan saat melakukan pembicaraan via telepon dengan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, Jumat (16/8).
“Presiden (Trump) menyampaikan pentingnya India dan Pakistan mengurangi ketegangan melalui dialog bilateral mengenai situasi di Jammu dan Kashmir,” kata wakil juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley dalam sebuah pernyataan.
AS menilai kedua negara perlu menahan diri dan tak mengambil tindakan ceroboh. Sebab saat ini situasi di Kashmir terbilang rentan konflik. “Kedua pemimpin lebih lanjut membahas bagaimana mereka akan terus membangun hubungan yang tumbuh antara AS dan Pakistan serta momentum yang diciptakan selama pertemuan baru-baru ini di Gedung Putih,” ujar Gidley.
Ketegangan telah membekap Kashmir selama dua pekan terakhir. Penyebabnya adalah pencabutan status istimewa wilayah tersebut oleh India. Masyarakat Kashmir yang berada di bawah India memprotes keputusan New Delhi. Mereka menilai pencabutan status itu dapat mengubah komposisi demografis Kashmir yang mayoritas penduduknya adalah India.
Aksi protes pun pecah. India kemudian mengerahkan pasukannya ke sana dan mengisolasi Kashmir dari dunia luar. Jaringan komunikasi, internet, dan televisi diputus. Pos pemeriksaan didirikan dan jam malam diberlakukan.
Pakistan yang selama ini terlibat persengketaan dengan India atas Kashmir pun mengecam pencabutan status istimewa wilayah tersebut. Imran Khan menyuarakan kecemasannya tentang kemungkinan terjadinya pembantaian umat Muslim di sana.
Islamabad diketahui telah menurunkan hubungan diplomatiknya dengan India. Mereka pun membekukan semua aktivitas perdagangannya dengan New Delhi.