REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence meminta China menghormati integritas hukum Hong Kong. Pernyataannya berkaitan dengan masih berlanjutnya aksi demonstrasi di wilayah bekas jajahan Inggris tersebut.
Pence mengatakan, akan sulit bagi AS menjalin kesepakatan perdagangan dengan China bila terjadi aksi kekerasan terhadap Hong Kong. "Agar AS membuat kesepakatan dengan China, Beijing perlu menghormati komitmennya. Dimulai dengan komitmen yang dibuat China pada 1984, untuk menghormati integritas hukum Hong Kong melalui Deklarasi Bersama China-Inggris," kata dia saat berpidato di Detroit Economic Club, Senin (19/8).
Deklarasi Bersama China-Inggris yang disinggung Pence adalah kesepakatan tentang syarat penyerahan Inggris Hong Kong kepada China pada 1997. Di dalamnya diterangkan tentang kebebasan dasar rakyat Hong Kong, termasuk hak melakukan aksi demonstrasi.
"Pemerintah kami akan terus mendesak Beijing bertindak secara kemanusiaan serta mendesak China dan para demonstran di Hong Kong menyelesaikan perbedaan mereka secara damai," ujar Pence.
Pada Senin, surat kabar yang dikelola Pemerintah Cina, Global Times, menyebut elite di AS tak dapat mempengaruhi keputusan Beijing menangani situasi di Hong Kong. "Elite politik dan opini publik AS harus memahami meskipun mereka memiliki kemampuan menghasut pemrotes radikal Hong Kong dan mempersulit Hong Kong untuk memulihkan ketertiban, mereka sama sekali tidak dapat mempengaruhi keputusan Beijing mengenai situasi Hong Kong," kata Global Times dalam tajuk rencananya.
Menurut Global Times, pembicaraan antara China dan AS untuk menyelesaikan sengketa perdagangan sudah sulit. Ia menilai hal itu tak dapat menanggung beban lainnya.
Global Times mengatakan China berharap pasukan keamanan internal Hong Kong dapat memulihkan ketertiban dengan dukungan pemerintah pusat. Namun, jika mereka tak dapat melakukannya, intervensi kuat dari Beijing akan menjadi satu-satunya pilihan.
Aksi demonstrasi Hong Kong masih terus berlanjut. Akhir pekan lalu, ratusan ribu demonstran melakukan aksi damai di bawah guyuran hujan lebat. Itu menandai perubahan. Sebab sebelumnya, massa kerap terlibat bentrokan dengan personel kepolisian.