REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sesditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Sri Hartini menyatakan sastra merupakan produk peradaban yang tidak mungkin dapat dipagari dengan sekat atau batas-batas nasionalitas negara.
"Karya sastra tidak hanya menjadi milik negara atau entitas di mana karya sastra itu lahir," kata dia pada pembukaan Jakarta International Literary Festival (JILF), Selasa malam (20/8).
Sri mengatakan sastra adalah milik masyarakat yang jauh lebih luas, terlebih dalam era globalisasi saat ini. Ekosistem sastra adalah ekosistem global.
Sastra yang merupakan salah satu media pemajuan kebudayaan bertujuan mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia. JILF, menurut Sri, telah menunjukkan bagaimana karya sastra dapat berinteraksi dengan lingkup global.
"Saya yakin JILF didedikasikan untuk pengembangan dan kemajuan kita di bidang sastra dan bidang kebudayaan pada umumnya," kata dia.
JILF yang dilaksanakan dalam lima hari akan diisi dengan berbagai macam rangkaian kegiatan seperti pasar buku, mendongeng, pameran, seminar, dan simposium yang menghadirkan puluhan sastrawan dalam dan luar negeri. Direktur Festival JILF Yusi Avianto mengatakan JILF mengangkat tema utama "Pagar". Maksudnya agar festival ini menjadi penghapus sekat dan batas bagi sastra terutama untuk negara Selatan-Selatan.
Perhelatan sastra internasional yang pertama kali digelar di Jakarta itu mengundang 55 penulis, 26 penerbit, dan 21 komunitas sastra. Mereka datang dari Afrika Selatan, Botswana, Filipina, India, Indonesia, Inggris, Jerman, Malaysia, Mauritius, Palestina, Singapura Siprus, Somalia, Thailand, dan Turki.