Selasa 27 Aug 2019 16:20 WIB

Cegah Stunting, Dosen Unisa Kembangkan Kebun Gizi

Dosen Unisa mengembangkan kebun gizi vertiminaponik untuk mencegah stunting.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Pengembangan kebun gizi vertiminaponik yang dilakukan tiga dosen  Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta kepada masyarakat Desa Tuksono.
Foto: Dok Unisa Yogyakarta
Pengembangan kebun gizi vertiminaponik yang dilakukan tiga dosen Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta kepada masyarakat Desa Tuksono.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sejumlah Dosen Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta mengembangkan kebun gizi vertiminaponik. Pengembangan dilakukan demi meningkatkan ketersediaan pangan yang muaranya mencegah stunting.

Ada Nor Eka Noviani, Ika Afifah Nugraheni dan Suri Salmiyati. Vertiminaponik terdiri atas dua subsistem utama yakni subsistem hidroponik dan subsistem akuakultur.

Baca Juga

Sistem aquakultur menggunakan kolam masyarakat yang tidak terpakai. Kebutuhan air bagi tanaman berasal dari kolam ikan yang mengalir mengikuti sirkulasi terus-menerus lewat pompa aquarium.

Teknologi itu merupakan gabungan aquakultur dan hidropolik dalam satu sistem untuk mengoptimalkan fungsi air. Tanaman akan mendapat pupuk organik secara otomatis dari sisa pakan dan kotoran ikan.

Ikan air tawar memiliki kandungan protein tinggi dan sayuran yang merupakan sumber vitamin dan mineral. Budidaya sistem vertiminaponik dapat menambah nilai estetika di pekarangan rumah.

Produksi ikan dan sayur bisa lebih tinggi dari budidaya konvensional di lahan yang luasnya sama. Pengabdian itu dilakukan ketiga dosen di Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Desa Tuksono sendiri jadi fokus intervensi lokasi khusus stunting pada 2018. Mereka melibatkan perangkat desa, kader Posyandu, ibu-ibu PKK dan bapak-bapak yang terampil dalam pembuatan hidropolik.

Kepala Desa Tuksono, Zainuri, mengatakan kebun gizi vertiminaponik ini dapat digunakan sebagai kebun percontohan. Tahap pertama dimulai sosialisasi dan pembibitan yang telah dilakukan pada 8 Agustus 2019.

Penggunaan media tanam rockwool dan bibit sayur seperti pokcoy, selada dan kangkung. Rockwool membuatnya ramah lingkungan, meminimalkan desinfektan dan mengoptimalkan peran unsur hara.

Tahap kedua pemasangan instalasi dengan pipa yang disambung ke kolam lele dan penanaman sayur dalam pipa. Kegiatan ini dilaksanakan pada 24 Agustus 2019 di salah satu rumah yang memiliki kolam lele.

"Bibit sayuran telah berusia 16 hari dan siap ditanam, pemasangan instalasi melibatkan lima warga Desa Tuksono yang terlatih dan terampil serta ibu-ibu kader posyandu," kata Zainuri, Selasa (27/8).

Ikan yang dipelihara jenisnya air tawar dan tidak butuh ketersediaan oksigen tinggi dalam air. Pemberdayaan melalui kebun gizi dilakukan secara berkelanjutan untuk pencegahan dan penanganan stunting.

Nantinya, pada tahap memanen, hasil dari lele dan sayur akan dijual untuk keberlangsungan program. Sebagian lagi diolah dan dimanfaatkan untuk Pemberitan Makanan Tambahan (PMT) anak-anak stunting.

"Kader posyandu dan masyarakat akan dilibatkan dalam perawatan dan keberlangsungan program kebun gizi," ujar Zainuri.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement