KARAWANG, AYOBANDUNG.COM -- Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana menolak rencana PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 1 Jakarta untuk menutup perlintasan sebidang liar di petak Jalan Karawang-Klari. Penutupan itu diusulkan setelah terjadi kecelakaan Kereta Api Argo Parahyangan dengan sebuah bus.
"Kami akan berupaya agar tak ada penutupan perlintasan sebidang secara permanen di titik itu," katanya saat meninjau lokasi kejadian kecelakaan kereta dengan bus, di Karawang, Selasa (27/8/2019).
Menurut dia, alasan penolakan penutupan perlintasan sebidang di Desa Warung Bambu itu adalah karena pelintasan tersebut merupakan akses jalan alternatif bagi masyarakat. Alasan lainnya, perlintasan sebidang itu bisa membantu mengurai kemacetan yang terjadi di jalan utama di Jalan Wirasaba Johar-Telukjambe.
AYO BACA : KAI Desak Pemkab Karawang Cari Solusi Atasi Perlintasan Liar
"Kami menghargai keputusan PT KAI yang akan menutup pelintasan sebidang itu. Tapi kami akan mengupayakan agar tak sampai ditutup," kata dia.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang telah mengundang PT KAI Daop 1 Jakarta untuk membahas persoalan itu. Menurut Cellica, solusi yang bisa diupayakan di antaranya meningkatkan status pelintasan sebidang itu menjadi sebidang yang terdata atau legal.
"Jadi intinya, kami akan mengajukan jalur perlintasan sebidang resmi," kata dia.
AYO BACA : KAI Tutup Perlintasan Liar Tempat Kecelakaan Kereta Tabrak Bus
Sementara itu, PT KAI Daop 1 Jakarta berharap agar Pemkab Karawang mencari solusi mengenai keberadaan pelintasan liar atau pelintasan kereta tanpa palang pintu di wilayah Karawang.
"Diharapkan setelah kejadian kecelakaan kereta dengan bus di Karawang, seluruh pelintasan liar bisa ditutup atau dicarikan solusinya oleh pihak terkait," kata Manajer Humas Daop 1 Jakarta Eva Chairunisa.
Pada Senin (26/8/2019) telah terjadi kecelakaan antara Kereta Api (KA) Argo Parahyangan dengan bus Agra Mas nopol T-7915-DC, di pelintasan sebidang liar, di petak jalan Karawang-Klari KM 67+2, Desa Warung Bambu, Karawang.
Peristiwa itu mengakibatkan bus yang dalam kondisi kosong terseret hingga terbalik. Meski tidak ada korban jiwa, kejadian itu juga mengakibatkan sejumlah perjalanan kereta api lintas Karawang terganggu. Selain itu, kecelakaan antara kereta dengan bus tersebut juga mengakibatkan rusaknya sarana dan prasarana jalur rel di lokasi kejadian.
Eva menyampaikan, solusi atas keberadaan pelintasan liar bisa dilakukan dengan membangun jembatan layang (flyover) atau terowongan (underpass). Bahkan bisa juga dengan membangun pelintasan resmi.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yakni Undang Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, pihak yang bertanggung jawab menutup perlintasan sebidang ialah pemerintah kabupaten setempat.
AYO BACA : Tabrakan Kereta Api dan Bus di Karawang, 7 Perjalanan KA Tertahan