Ahad 01 Sep 2019 15:48 WIB

Komunitas Seni dan Budaya Gelar Aksi Tolak Referendum Papua

Semua seniman terus berjalan sambil menarikan berbagai tarian khas.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Sekitar 200 orang seniman  yang tergabung dalam Komunitas Seni Ruang Budaya Kalamenta menggelar kegiatan seni budaya menolak referendum Papua di arena Car Free Day Jalan Ir H Djuanda Bandung, Ahad (1/9).
Foto: Foto: Arie Lukihardianti/Republika
Sekitar 200 orang seniman yang tergabung dalam Komunitas Seni Ruang Budaya Kalamenta menggelar kegiatan seni budaya menolak referendum Papua di arena Car Free Day Jalan Ir H Djuanda Bandung, Ahad (1/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekitar 200 orang seniman  yang tergabung dalam Komunitas Seni Ruang Budaya Kalamenta menggelar kegiatan seni budaya menolak referendum Papua di arena Car Free Day Jalan Ir H Djuanda Bandung, Ahad (1/9).

Dalam kegiatan tersebut puluhan ibu-ibu pencinta   Budaya Kota Bandung pun, ikut bergabung. Sehingga, aksi ini cukup menarik perhatian pengunjung CFD. Suara alat musik serta tari- tarian khas Sunda yang ditampilkan membuat pengunjung antusias menyaksikan pertunjukan.

Selain pertunjukan seni, para seniman juga membentangkan poster berisi dukungan agar Papua tetap menjadi bagian dari NKRI, seperti "Solidaritas Masyarakat Jabar Untuk Papua Damai", "Peace Papua" "Papua Bagian dari NKRI",  dan  "Save Papua"

Menurut Korlap Ruang Budaya Kalamenta, Anjar Tatang Januar, sebagai pelaku seni pihaknya menolak aksi kekerasan di Papua. Ia juga menginginkan agar Papua tetap berada dalam pangkuan ibu pertiwi.

"Kami dan teman-teman secara tegas kami menolak tegas referendum Papua yang dapat memecah belah persatuan Indonesia," katanya.

Anjar mengatakan, bahasa seni adalah bahasa yang dimengerti dan menyentuh semua orang. Melalui seni, Anjar mengajak pemuda dan para tokoh untuk bersama-sama menunjukkan kepeduliannya terhadap Papua.

"Kepada seluruh seniman dan pecinta seni mari kita bersinergi menjaga Papua, jangan mudah terpancing berita bohong (hoaks). Papua adalah NKRI," katanya. 

Semua seniman, terus berjalan sambil menarikan berbagai tarian khas berbagai daerah di Indonesia di sepanjang jalan area CFD. Bahkan, puluhan ibu-ibu pencinta  Budaya Kota Bandung yang ikut dalam aksi damai tersebut tanpa lelah ikut menyusuri jalan CFD. Dengan bangga, mereka berjalan menggunakan berbagai pakaian tradisional seperti kebaya dan kain songket.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement