Selasa 03 Sep 2019 16:36 WIB

Lima Hari Operasi, 1.830 Kendaraan Ditilang di Garut

Angka itu mengalami peningkatan sekitar 40 persen.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Israr Itah
Arus lalu lintas di Garut. (ilustrasi)
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Arus lalu lintas di Garut. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Selama lima hari pelaksanaan Operasi Patuh Lodaya 2019, 1.830 kendaraan di Kabupaten Garut ditilang polisi. Angka itu mengalami peningkatan sekitar 40 persen dibandingkan operasi serupa tahun sebelumnya yang hanya terdapat 1.166 penindakan tilang.

Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna mengatakan, polisi juga memberikan teguran kepada pengendara yang melanggar aturan lalu lintas. Setidaknya, terdapat 775 teguran yang diberikan polisi sejak awal operasi 29 Agustus 2019.

Baca Juga

"Pelanggaran kebanyakan tidak menggunakan helm. Kedua soal surat menyurat," kata dia, Selasa (3/9).

Pelanggaran berupa tidak menggunakan helm atau penggunaan tidak sesuai SNI berjumlah 858 perkara, melawan arus 238 perkara, berkendara di bawah umur 176 perkara. Sementara pelanggaran berupa tidak menggunakan sabuk pengaman 196 perkara, menggunakan hape saat berkendara 82 perkara, berkendara di bawah pengaruh alkohol satu perkara, dan lain-lain sebanyak 279 perkara.

Rincian kendaraan yang terlibat pelanggaran antara lain sepeda motor sebanyak 1.454 unit, 225 unit mobil penumpang, 20 unit bus, serta 131 unit kendaraan roda empat pribadi. Sebanyak 385 SIM, 1.278 STNK, 145 unit kendaraan roda dua, dan 22 kendaraan roda empat, diamankan di Polres Garut untuk menjadi barang bukti.

"Profesi banyak, semua ada termasuk pelajar dan ASN," kata Budi. Ia menyebutkan, sebanyak 958 orang merupakan karyawan swasta, 457 pelajar/mahasiswa, 112 ASN, 43 sopir angkutan, dan 260 kasus lainnya.

Menurut Budi, penyebab masih tingginya pelanggaran terjadi adalah kurangnya ketertiban dalan berkendara. Karena itu, lanjut dia, polisi melalukan operasi ini untuk menyadarkan pengguna kendaraan agar lebih tertib.

Selain melakukan operasi, polisi juga telah melakukan pembinaan dan penyuluhan mulai dari sekolah, intansi terkait, atau sopir ojek dan lain-lain. Ia berharap, kegiatan operasi dan penyuluhan, risiko kecelakaan bisa dikurangi.

"Kemarin ada kecelakaan di jalan tol, mudah-mudahan dengan begini semua sadar keselamatan. Jangan takut karena ada polisi, harus dari kesadaran sendiri," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement