REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat Wahyu Purnama mengatakan harga cabai merah di Sumbar masih akan berada di dalam tren kenaikan selama beberapa pekan ke depan. Penyebabnya kata Wahyu karena pasokan cabai merah di pasar masih terbatas dan meningkatkan permintaan.
"Harga cabai merah terpantau masih mengalami tren kenaikan karena pasokan masih terbatas, permintaan tinggi pasca Idul Adha dan musim baralek gadang (pernikahan) pada Agustus 2019," kata Wahyu, Rabu (4/9).
Wahyu menyebut terbatasnya pasokan karena sebagian sentra produksi cabai dari luar Sumbar belum memasuki masa panen. Ditambah, keterbatasan pasokan juga karena musim kemarau yang cukup panjang terutama di Pulau Jawa membuat banyak petani cabai merah gagal panen.
Sementara cabai lokal dari Sumbar malah dipasarkan ke luar daerah seperti Riau, Sumatra Utara, Bengkulu, Jambi dan Batam. Pedagang menjual cabai lokal ke luar Sumbar karena tergiur harga tinggi. Sementara pemerintah tidak dapat melarang pedagang menjual cabainya ke daerah lain.
Selain cabai merah, tekanan kenaikan harga di Sumbar kata Wahyu berasal dari peningkatan biaya sekolah. Karena kebutuhan sekolah seperti alat tulis, buku dan pakaian sekolah meningkat berhubung masih dalam tahun ajaran baru.
Kemudian, sambung Wahyu kenaikan juga terjadi pada harga emas perghiasan karena faktor kenaikan harga emas internasional. Kenaikan harga emas internasional ini menurut Wahyu juga dipengaruhi pelemahan nilai tukar dollar AS dan meningkatnya permintaan akan emas sebagai instrumen investasipasca HBKN Idul Fitri.