REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan kelompok Taliban berusaha menggunakan aksi kekerasan untuk memperoleh kesepakatan damai yang menguntungkannya dalam konflik Afghanistan. Dia menekankan bahwa AS masih belum berencana menarik seluruh pasukannya dari negara tersebut.
Pompeo mengungkapkan aksi serangan bom bunuh diri yang dilakukan anggota Taliban di Ibu Kota Afghanistan Kabul sekitar dua pekan lalu menyebabkan seorang tentara AS tewas. Serangan tersebut terjadi saat delegasi AS dan perwakilan Taliban nyaris mencapai kesepakatan.
Insiden itu akhirnya mendorong Presiden AS Donald Trump membatalkan pertemuan dengan para pemimpin Taliban yang diagendakan digelar di Camp David, Maryland. “Kami akan meninggalkan kesepakatan jika orang lain mencoba menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan yang lebih baik dalam negosiasi,” ujar Pompeo pada Ahad (8/9), dikutip laman Sputnik.
Menanggapi keinginan Taliban yang menghendaki agar pasukan AS hengkang dari Afghanistan, Pompeo menyebut terdapat dua syarat untuk mewujudkan hal itu. Pertama aksi kekerasan dikurangi dan serangan teror terhadap AS dan Afghanistan dilarang.
“Kami tidak akan menarik pasukan kami tanpa memastikan kami mencapai sepasang tujuan Presiden Trump,” kata Pompeo. Saat ini, AS diketahui menempatkan 14 ribu tentara di Afghanistan.
Taliban telah mengkritik keputusan Trump membatalkan pembicaraan damai dengannya.
“Kedua belah pihak (AS-Taliban) sibuk dengan persiapan pengumuman dan penandatanganan perjanjian damai, tapi sekarang Presiden AS membatalkan dialog perdamaian. Ini akan menyebabkan lebih banyak kerugian bagi AS,” kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.
Menurut dia, dengan pembatalan sepihak pembicaraan damai, kredibilitas AS akan terdampak. “Sikap anti-perdamaiannya akan terekspose ke dunia, kehilangan nyawa serta aset akan meningkat,” ujar Mujahid.
“Kami akan tetap berkomitmen jika jalur negosiasi dipilih, alih-alih melawan. Kami tidak akan puas sampai pada akhir dari pendudukan asing di negara kami,” kata Muhajid.
Sejak tahun lalu, AS telah menjalin negosiasi dengan Taliban. Permasalahan utama yang mereka bicarakan adalah tentang penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Militer AS telah berada di Afghanistan selama sekitar 18 tahun.