Selasa 10 Sep 2019 08:26 WIB

Mandiri Sekuritas Catat Imbal Hasil Pasar SUN Naik 10 Persen

Terjadi penguatan di pasar SUN sebagai dampak positif dari penurunan suku bunga BI.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Wartawan mengambil gambar layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (6/9/2019).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Wartawan mengambil gambar layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (6/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mandiri Sekuritas mencatat imbal hasil atau return Surat Utang Negara (SUN) naik sebesar 10 persen pada Agustus 2019. Sedangkan, pada periode yang sama tahun lalu terjadi minus lima persen. 

Kepala Riset Fixed Income Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan kenaikan tersebut adanya penguatan beruntun atau rally pada pasar SUN. Hal ini didorong dari dampak positif dari Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin.

"Karena adanya aksi ambil untung atau profit taking yang dilakukan pelaku pasar, terutama instrumen obligasi negara," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (10/9).

Menurut dia, umumnya outflow yang terjadi di pasar obligasi terjadi karena ada dua kemungkinan, pertama karena yield differential antara Indonesia dengan negara lain makin tipis. Maka umumnya pelaku pasar akan melakukan profit taking.

Kemungkinan kedua, adanya potensi kerugian kurs yang terjadi ketika asing berinvestasi di Indonesia. Ketika yield yang diperoleh baik, namun ada potensi rupiah mengalami pelemahan maka biasanya asing akan melakukan aksi jual untuk portofolionya.

"Kalau sepanjang Agustus ada sell off menurut saya lebih karena sentimen. Jadi rally sudah cukup signifikan di Juni-Juli, yield (SUN) tahun sempat sudah 7,1 persen. Kalau tidak salah terendah. Jadi kadang ada momentum mereka take profit," ucapnya.

Menurutnya penguatan imbal hasil juga didorong pasar asing cukup banyak membeli SUN. Hal ini lantaran ketatnya likuditas dolar Amerika Serikat yang disebabkan Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) menaikan suku bunga bunga hingga 100 basis poin.

Dari sisi internal, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik di tengah perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Tercatat pasar SUN dari Rp 256,2 triliun naik 50 persen menjadi Rp 118,9 triliun dibeli oleh pasar asing. 

"Penguatan ini masih bisa berlanjut karena treasury yield AS masih turun, yakni sekitar 5,8 persen. Jika dibandingkan yield yang tinggi seperti Filpina, Rusia. Indonesia hanya turun 72 basis poin," jelasnya.

Masih dari sisi internal, adanya votalitas inflasi yang rendah mendukung investasi domestik. Alhasil para investor percaya diri untuk investasi lebih besar dalam jangka waktu yang panjang.

Saat ini defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD), serta Produk Domestik Bruto (PDB) masih cukup baik. Pada Agustus 2019 inflasi tercatat sebesar 0,12 persen, CAD pada kuartal dua 2019 nilainya sebesar 8,4 miliar dolar AS atau mencapai tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement