REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sekitar 17 ribu penumpang di Bandara Internasional Narita Tokyo, Jepang terdampak penundaan penerbangan, Selasa (10/9). Seorang pejabat bandara mengatakan, para penumpang telantar semalaman akibat imbas dari topan kuat yang menyebabkan kekacauan transportasi di seluruh ibu kota Jepang.
Dilansir Channel News Asia, hujan deras dan angin kencang yang dibawa oleh topan Faxai menyebabkan lebih dari 100 penerbangan dibatalkan. Tak hanya berimbas pada bandara, topan juga berpengaruh pada kereta api dan kendaraan darat sehingga banyak yang tidak memiliki pilihan transportasi ke kota sekitar 70 kilometer ke barat.
Juru bicara bandara Internasional Narita, Kei Miyahara mengatakan, total 16.900 orang terjebak sejak malam hingga dini hari. "Para penumpang kini mulai pulang atau ke tujuan akhir karena layanan bus dan kereta api sudah normal dan telah memulai kembali operasinya," kata Miyahara, Selasa pagi.
Bandara Internasional Narita terletak di Chiba, sebelah timur Tokyo. Bandara merupakan garis membentang yang dilalui Topan Faxai yang membawa angin hingga 207 Km per jam.
Kereta bawah tanah di seluruh wilayah metropolitan Tokyo masih mengalami penutupan hingga pukul 08.00 pada Senin ketika para pejabat menemukan puing-puing dan kerusakan. Kerusakan memicu kekacauan selama perjalanan pagi yang terkenal sibuk di Tokyo.
Badai terjadi ketika Jepang tengah bersiap menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugby akhir bulan ini serta Olimpiade Tokyo 2020 yang akan segera tiba. Terdapat gangguan kecil pada jadwal beberapa tim. Kedatangan Australia tertunda dan tim Inggris juga terjebak selama berjam-jam di bandara. Mereka menghabiskan waktu dengan bermain kriket.
Pengelola bandara mengatakan mengirimkan 2.000 botol air, 19 ribu kantong biskuit, dan 18 ribu selimut untuk penumpang yang terdampak penundaan. "Kami mengirimkan informasi dalam bahasa Inggris dan Jepang dan membuat pengumuman dalam empat bahasa termasuk China dan Korea," kata Miyahara.
Namun, tidak sedikit penumpang yang merasa frustrasi dan mengeluh tentang kurangnya informasi dan antrian panjang untuk taksi. "Operator bandara akan meninjau pengalaman mereka dan mengambil pelajaran nanti," kata Miyahara.