Selasa 10 Sep 2019 20:33 WIB

Bupati Mengeluh Tol Cipali Buat Ekonomi Indramayu Menurun

Bupati Indramayu mendorong pemerintah pusat kembangkan kawasan ekonomi khusus.

Rep: Lilis/ Red: Teguh Firmansyah
Warung nasi di jalur 'tengkorak' pantura Indramayu mangkrak akibat sepi pembeli. Pembangunan Tol Cipali, tak hanya berdampak pada restoran besar, tapi juga warung nasi 'Tegal'.
Foto: Republika/Agus Yulianto
Warung nasi di jalur 'tengkorak' pantura Indramayu mangkrak akibat sepi pembeli. Pembangunan Tol Cipali, tak hanya berdampak pada restoran besar, tapi juga warung nasi 'Tegal'.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Beroperasinya jalur Tol Cipali sejak beberapa tahun terakhir, telah membuat perekonomian di Kabupaten Indramayu menurun. Dibutuhkan solusi untuk mengatasi kondisi tersebut.

Hal itu disampaikan Bupati Indramayu, Supendi, di hadapan Tim Kajian Daerah Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas), saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Indramayu, Selasa (10/9).

Baca Juga

"Ada beberapa rekomendasi yang kami harapkan jadi solusi dan direalisasikan untuk penguatan kembali perekonomian di Indramayu," kata Supendi.

Adapun rekomendasi itu, pertama, mendorong pemerintah pusat untuk mempercepat pembangunan Losarang agar segera beroperasi supaya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Kedua, mendorong pemerintah pusat untuk mengembangkan kawasan ekonomi khusus di wilayah Karangsong dan Pulau Biawak. 

Selain itu, mengharapkan agar dibangun jalur kereta api dari Pelabuhan Losarang ke Stasiun Kereta Api Terisi dan segera menyelesaikan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2011 – 2031.

Ketiga, Supendi juga mendorong pemerintah pusat untuk menambah pembangunan exit tol (pintu tol keluar) yakni, di Kecamatan Gantar sebagai upaya menuju Ujunggebang Kecamatan Sukra untuk akses ke Pelabuhan Patimban.

Selain itu, exit tol Kecamatan Terisi yang menuju kawasan industri dan Pelabuhan Losarang, serta pintu keluar untuk menuju embarkasi haji Kecamatan Lohbener.

"Kita berharap rekomendasi ini bisa direalisasikan. Apalagi saat ini kita menghadapi kawasan industri yang tengah kita siapkan," tutur Supendi.

Sementara itu, Ketua Tim Kajian Daerah Wantannas, Kolonel Laut Supendi, menjelaskan, semenjak dibukanya jalan Tol Cipali pada 2015, telah membawa dampak turunnya perekonomian di jalur pantura, termasuk Indramayu. 

Pasalnya, pelaku usaha kuliner ataupun oleh-oleh mengalami penurunan omzet yang drastis bahkan ada yang bangkrut sehingga menutup tempat usaha. 

photo
Restoran Pringsemu, di Jl Raya Losarang, Kabupaten Indramayu terpaksa tutup akibat dampak Tol Cipali. Pemilik terpaksa menjual atau mengontrakan restoran tersebut.

Hasil studi yang dilakukan BI cabang Cirebon menunjukkan 70 persen restoran tutup, 30 persen usaha anjlok, 70 persen omzet  SPBU turun.  Secara mikro, di Pekalongan penjualan batik anjlok 70 persen, penjualan telur asin di Brebes turun lebih dari 50 persen.

Gambaran tersebut menunjukkan Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang mengalami dampak ekonomi cukup besar akibat dari operasional tol Cipali. 

Untuk itu perlu dilakukan kajian yang mendalam untuk mendapatkan berbagai data dan informasi terkait dengan permasalahan atau hambatan yang dihadapi dalam rangka menemukan solusinya.

"Selain tol Cipali, kita juga antisipasi tol Cisumdawu, bendungan Cipanas, dan lainnya sehingga perlu dilakukan antisipasi. Permasalahan yang muncul di Kabupaten Indramayu ini, selanjutnya akan dibawa ke pusat sebagai bahan kebijakan  untuk menentukan langkah selanjutnya,'' tukas Kolonel Laut Supendi.

Dalam kegiatan tersebut, turut hadir Ketua DPRD Indramayu bersama dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, dan kepala perangkat daerah di lingkungan Pemkab Indramayu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement