Jumat 13 Sep 2019 19:37 WIB

BPBD Riau: Segala Upaya Dilakukan, Tinggal Berharap Allah

BPBD telah melakukan beragam upaya untuk menanggulangi asap.

Rep: Febrian Fachri / Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah kapal terparkir di pelabuhan rakyat sungai Siak ketika kabut asap pekat dampak dari kebakaran hutan dan lahan menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Sejumlah kapal terparkir di pelabuhan rakyat sungai Siak ketika kabut asap pekat dampak dari kebakaran hutan dan lahan menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG— Kepala BPBD Riau, Edward Sanger, mengatakan pihaknya telah melakukan segala upaya untuk meminimalkan bencana kabut asap di provinsi tersebut. Mulai dari hujan buatan, water boom, pemadaman manual, dan lain-lain. 

Tapi kenyataannya, ketebalan asap yang menyelimuti Riau justru kian bertambah. Pantauan BMKG sumber asal lebih banyak berasal dari Jambi dan Sumatra Selatan.

Baca Juga

"Adinda mau kami mau lakukan apa lagi. Semua sudah kita lakukan. Water boom, hujan buatan apalagi, shalat istisqa juga telah kami lakukan. Sekarang berharap sama Allah saja lagi," kata Edward saat dihubungi Republika.co.id saat dihubungi dari Padang, Jumat (13/9).  

Edward menjelaskan titik api di Riau hanya sebanyak 177 titik. Bila asap tersebut hanya berasal dari titik api di Riau saja, Edward meyakini asap tidak akan setebal sekarang. Karena Riau juga luas yang terdiri dari 12 kabupaten kota.

Sementara di Jambi dan Sumsel, kata Edward, terdapat 500 lebih titik api. Asap dari Jambi dan Sumsel itu kata Edward dibawa angin ke hilir yakni Riau dan Sumbar. Karena saat ini memang angin yang berhembus di Riau dan Sumbar berasal dari tenggara.

Untuk penyelesaian bencana kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap ini, kata Edward, harus ditangani secara bersama oleh pemerintah pusat dan provinsi terkait. 

Edward mengaku selalu berkoordinasi dengan pihak di Jambi dan Sumsel.  Kabar dari Jambi dan Sumsel juga kewalahan menanggulangi sumber asap. "Harus di hulu dulu yang dituntaskan. Kalau hulu belum tuntas, hilir akan kena dampak terus," ujar Edward.

Edward mengatakan untuk mencegah kabut asap ini, harus terintegrasi dan sejak dini. BPBD dan pihak terkait harus mencegah dan memadamkan api ketika api masih kecil. Kalau sudah besar kata dia memang akan sulit dicegah. Karena api berada jauh di tengah hutan. Pemadaman akan sulit dilakukan. Dan itupun lebih banyak dilakukan dari udara.

Edward menambahkan harapannya saat ini agar segera turun hujan untuk mencuci udara yang telah tercemar. Sampai saat ini kata dia hujan belum kunjung turun di Riau. "Curah hujan itu belum ada lagi. Makanya jadi kayak sekarang," kata Edward menambahkan.

 

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement