REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memintanya membantu meredakan ketegangan dengan Iran, Selasa (24/9). Ia mengatakan siap berbicara dengan Presiden Iran Hassan Rouhani dalam upaya penengahan.
AS menuding Iran atas serangan di fasilitas pemrosesan minyak mentah terbesar dunia di Arab Saudi pada 14 September dan akan membeberkan bukti yang menguatkan tudingan tersebut. Kelompok Al Houthi Yaman, dukungan Iran, yang memerangi koalisi militer pimpinan Arab Saudi sejak 2015, mengaku bertanggung jawab. Iran menolak disebutkan terlibat dalam serangan itu.
Khan bertemu dengan Trump di sela-sela acara tahunan para pemimpin dunia di PBB pada Senin. "Saya langsung berbicara kepada Presiden Rouhani kemarin setelah bertemu dengan Presiden Trump, namun saya tak dapat mengomentari apa pun saat ini selain, bahwa kami sedang berupaya dan menengahi," kata Khan kepada awak media di PBB, Selasa.
Khan menuturkan dia berada di Arab Saudi sebelum bertolak ke New York dan berbicara dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, yang juga memintanya agar berbicara dengan Rouhani. Hubungan yang sudah memanas antara Iran dan Amerika Serikat semakin bergejolak selama setahun terakhir sejak Trump hengkang dari pakta nuklir 2015 antara Iran dengan negara besar dunia.
Menurut Trump, kesepakatan tersebut tidak berjalan cukup jauh dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran sebagai bagian dari kebijakan tekanan maksimal.