REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyampaikan keprihatinan Indonesia terhadap krisis harga kopi di dunia. JK mengungkap, harga biji kopi dunia telah turun hingga 70 persen sejak 1982 yang disebabkan kelebihan pasokan produksi biji kopi dunia. Ia menerangkan, dampak utama yang paling terimbas dari penurunan harga kopi tentunya adalah petani.
Pernyataan tersebut disampaikan Wapres pada forum "Aksi Bersama Mengatasi Krisis Harga Kopi dan Mencapai Produksi Kopi Berkelanjutan" di Markas Besar PBB, New York, Rabu Waktu Setempat (25/9).
"Saya ingin menggaris bawahi dua dampak utama dari krisis harga kopi ini. Pertama, petani kecil adalah korban yang paling dirugikan. Petani kecil, bukan industri ataupun konsumen," ujar JK dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Kamis (26/9).
JK pun memaparkan krisis ini berimbas kepada Indonesia. Ini karena, lebih dari 96 persen lahan kopi Indonesia dikelola oleh petani kecil. "Lebih dari 25 juta petani kecil kopi di seluruh dunia, berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Indonesia sendiri memiliki 1,8 juta petani kopi," ujar JK.
Karena itu, JK mengungkap, krisis membuat menanam kopi tidak lagi menjadi sumber penghidupan yang diminati. Sehingga sejumlah petani kopi memutuskan beralih ke sektor lain.
Lagi, lagi, kata JK, ini akan mempengaruhi kesinambungan pasokan kopi global. Karena itu, sebagai negara penghasil kopi, Indonesia mengajak bersama-sama untuk membuat terobosan baru guna memperbaiki nasib produsen kopi di negara masing-masing.
"Kita tidak bisa berdiam diri," kata JK.
Dalam forum yang di inisiasi Negara Columbia ini, JK memaparkan langkah-langkah sebagai usulan dari Indonesia untuk mengatasi merosotnya harga kopi dunia.
Pertama, ia mengajak agar terus memperluas pasar kopi, dan pengendalian jumlah pasokannya. JK menyebut bahwa berbagai laporan International Coffee Organization (ICO) telah menyoroti potensi di sektor nontradisional. Antara lain, biji kopi sebagai bahan baku industri kesehatan.
"Sudah saatnya kita implementasikan studi ini menjadi upaya nyata," kata JK.
Langkah kedua, JK menyerukan kapasitas petani kecil harus ditingkatkan kemampuannya agar petani dapat menghasilkan kualitas kopi yang baik dan bernilai tambah.
"Peran koperasi petani harus terus diberdayakan," sarannya.
Ketiga, lanjut Wapres, perlunya dibangun kemitraan antara industri dan petani kecil sebagai contoh industri kopi besar harus memberikan CSR, untuk peningkatan kapasitas petani kecil.
"Akses terhadap teknologi dan pasar bagi petani kecil harus dipermudah. Petani kecil harus masuk dalam rangkaian global supply chain kopi dunia," kata JK.
Yang keempat, menurut JK, perlunya upaya khusus untuk menjaga keseimbangan harga kopi bagi petani, industri dan konsumen. Untuk itu perlu kerja sama dan mengembangkan strategi serta kampanye inovatif agar petani mendapatkan harga yang lebih adil. Misalnya, dengan menetapkan harga kopi minimum yang masih menguntungkan bagi petani kecil.
"Diperlukan dukungan peran organisasi internasional, seperti ICO, dalam hal ini," ungkapnya.