REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pengungsi dari Wamena, Papua, masih berada di tempat-tempat pengungsian. Mereka membutuhkan bantuan makanan karena kegiatan ekonomi di Wamena belum pulih.
"Beberapa yang memang perlu dievakuasi yang sakit, korban, dievakuasi ke rumah sakit di Jayapura. Sementara ada juga yang sudah dievakuasi di lanud, terus ada kodim, polres juga," ujar Kapendam XVII/Cenderawasih, Letnan Kolonel CPL Eko Daryanto, melalui sambungan telepon, Sabtu (28/9).
Ia mengatakan, meski situasi keamanan sudah kondusif, kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat di Wamena masih lumpuh. Karena itu, para pengungsi membutuhkan bantuan berupa makanan. Beberapa bantuan yang masuk sudah didistribusikan kepada mereka.
"Tentunya teman-teman kita di sana memerlukan bantuan. Tapi bantuan-bantuan itu sudah kita salurkan ke Wamena," jelasnya.
Selain makanan, para pengungsi juga membutuhkan bantuan pakaian. Menurut Eko, sebagian pengungsi meninggalkan rumah karena rumah miliknya dibakar oleh massa. Mereka membutuhkan pakaian untuk mengganti baju yang telah mereka kenakan beberapa hari.
Di samping itu, Direktur Eksekutif Papua, Maurits Rumbekwan, menyebutkan, Ia mengatakan, masyarakat asli Papua tidak punya kebencian sama sekali dengan masyarakat non Papua. Selama ini, kata dia, antara masyarakat asli Papua dan masyarakat non Papua memiliki hubungan sosial yang sangat baik.
"Konflik sosial belakangan ini, itu kalau dilihat sebenarnya itu bukan bereaksi terhadap non Papua atau demo. Tidak sama sekali," katanya, Jumat (28/9).
Masyarakat Papua, kata dia, sebenarnya hanya ingin menujukkan sikap kepada pemerintah. Pemerintah sudah seharusnya segera menyelesaikan akar permasalahan yang ada di Papua. Apa yang dibahas itu bukanlah soal Papua merdeka ataupun referendum.
"Persoalan di Papua bukan keamanan. Ada sesuatu yang perlu disentuh pemerintah di Jakarta. Selesaikan akar masalah. Kita tak bicara soal Papua Merdeka atau referendum. Tidak. Sentuh akar masalah," jelasnya.