Sabtu 28 Sep 2019 15:28 WIB

Pengamat Nilai Aksi Mahasiswa Rentan Disusupi Oknum

Kalau gerakan BEM ini tidak terkonsolidasi dengan baik, rentan para penyusup

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Esthi Maharani
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno usai menghadiri sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (28/9).
Foto: Nawir Arsyad Akbar / Republika
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno usai menghadiri sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayito menilai bahwa aksi mahasiswa yang digelar di depan Gedung DPR rentan disusupi oleh pihak yang memiliki tujuan lain. Hal itu dapat terjadi jika koordinator lapangan tak memiliki manajemen massa yang baik.

"Ingat jika gerakan BEM ini tidak terkonsolidasi dengan baik, ketika mereka teman-teman yang ikut demo tidak tahu jumlah mereka, maka pada saat itulah rentan para penyusup akan datang," ujar Adi di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (28/9).

Adi menilai, hal itulah yang juga terjadi pada aksi mahasiswa di depan Gedung DPR pada Selasa (24/9). Saat itu, ia melihat adanya manajemen aksi yang kurang baik dari koordinator lapangan.

Sebab, pada aksi tersebut ia melihat ketidakjelasan tuntutan dari massa mahasiswa. Selain itu, ada fragmentasi kepentingan yang terjadi pada saat digelarnya aksi. Sehingga massa tak terkoordinasi dalam satu tujuan.

Maka dari itu, ia mengimbau kepada koordinator mahasiswa untuk mengkonsolidasikan massa terlebih dahulu sebelum menggelar aksi agar aksi mereka memiliki tujuan yang jelas dan tak disusupi oleh pihak-pihak yang tak berkepentingan.

"Ingat, kalau gerakan BEM ini tidak terkonsolidasi dengan baik, rentan para penyusup dan perusuh akan datang," ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu.

Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) berencana kembali menggelar aksi pada 30 September 2019. Tuntutan mereka masih satu, yakni menolak RKUHP dan UU KPK.

"Kita akan menkonsolidasi lagi agar kita semua mahasiswa seluruh Indonesia satu suara, satu perasaan untuk turun ke jalan menyuarakan suara-suara kita," ujar perwakilan BEM Jakarta, Andi Prayoga.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement