REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mengungkapkan akibat musim kemarau, petani di Kabupaten Bandung kehilangan 1.675 ton padi. Jika dikonversikan ke nilai uang, maka jumlah yang hilang mencapai kurang lebih Rp 8 miliar.
"Sebanyak 1.675 ton (padi) kehilangan hasil dengan asumsi Rp 4,5 juta per ton maka kerugian akibat kekeringan ada Rp 8 miliar," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran, Ahad (29/9).
Ia mengungkapkan, area lahan persawahan di Kabupaten Bandung saat ini mencapai 32 ribu hektare, dengan ditanami tanaman padi kurang lebih 11 ribu hektare. Menurutnya, dari total tersebut area yang terkena kekeringan mencapai 896 hektare.
Dia mengatakan area lahan seluas 142 hektar mengalami kekeringan ringan, 249 hektare kekeringan sedang, dan 479 hektare kekeringan berat. Sedangkan, area yang mengalami fuso mencapai 3 hektare.
Tisna mengklaim area yang terkena kekeringan relatif kecil dibandingkan area tanam. "Persentase yang terkena dibandingkan yang ditanam relatif kecil," ungkapnya.
Upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan area persawahan yang masih ditanam, dengan mendekatkan sumber air ke lokasi pertanian. Meski demikian, tanaman menjelang panen relatif lebih aman dan tidak perlu membutuhkan banyak air.
"Kita mendorong percepatan tanam di wilayah Margamekar seluas 150 hektare," katanya. Saat ini, Tisna mengatakan lokasi pertanian yang terdampak parah kekeringan berada di Rancaekek, Ciparay, dan Baleendah.
Dia menambahkan, pihaknya sudah mulai memberlakukan asuransi pertanian kepada para petani. Menurutnya pada 2018, asuransi pertanian meliputi 3577 hektare area lahan dengan dana mencapai Rp 128 juta. Sedangkan pada 2019 sekitar 38.11 hektare dengan dana sebesar Rp 37 juta lebih.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung mengungkapkan kekeringan akibat musim kemarau di 31 kecamatan di Kabupaten Bandung terus meluas. Sebanyak 27 kecamatan terdampak kekeringan atau 119 desa dari 270 desa/kelurahan.
"Sebanyak 95 persen (penduduk dan area persawahan) terdampak kekeringan," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Achmad Djohara kepada wartawan di Soreang, Kabupaten Bandung.
Ia mengatakan sebanyak 37 ribu kepala keluarga (KK) atau kurang lebih 231 ribu jiwa terkena dampak kekeringan. Menurutnya, kekeringan yang terjadi bermacam-macam kategori seperti di pemukiman penduduk kondisi debit sumber air yang menurun.
"Sumber air ada tapi menurun dan menjauh antara 100 hingga 500 meter," katanya. Upaya penanggulangan kekeringan salah satunya dilakukan melalui pipanisasi dan sumur dangkal dan diklaim di beberapa tempat berhasil.