REPUBLIKA.CO.ID, KERTASARI -- Warga yang tergabung dalam bank sampah warisan alam di hulu Sungai Citarum, tepatnya di Desa Sukapura, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung mengolah limbah kantong plastik menjadi bahan bangunan, paving block. Produk tersebut diklaim lebih unggul dari paving block berbahan pasir dan semen.
Anggota Satgas Citarum Harum Sektor 2, Serma Ashari mengungkapkan ide pengolahan limbah plastik menjadi paving block dilakukan untuk mengurangi sampah plastik. Kemudian, ia bersama bank sampah Warisan Alam menginisiasi agar rencana tersebut terealisasi.
"Ini bukan hal yang baru. Tapi saat kami coba, alhamdulillah memuaskan. Sampah yang dulu berserakan sekarang diolah jadi barang baru," ujarnya, Ahad (29/9).
Menurutnya, pengolahan limbah plastik untuk menjadi satu paving block dibutuhkan 1 kilogram limbah plastik. Cara kerjanya, ia mengatakan seluruh limbah plastik dicairkan dengan dipanaskan. Kemudian dicampur pasir sekitar 50 persen.
Ashari melanjutkan, cairan plastik yang meleleh dan sudah bersatu dengan pasir dimasukan ke dalam cetakan besi berbentuk paving block. Kurang lebih sekitar 5 menit, dirinya mengatakan paving block sudah beres dibuat.
"Prosesnya relatif mudah, limbah dimasukan ke mesin pencacah, lalu dipanaskan di sebuah drum. Saat meleleh dicampur pasir sebagai pemberat," katanya. Bahan bakar untuk memanaskan limbah plastik sendiri menggunakan limbah yang sudah diproses.
Dalam satu hari, menurutnya, paving block yang bisa diproduksi oleh bank sampah Warisan Alam, kader PKK, karang taruna dan kelompok masyarakat lain sekitar 400 hingga 500 buah. Ia mengatakan, harga jual paving block berbahan limbah plastik sekitar Rp 120 ribu permeter persegi lebih tinggi dibandingkan yang berbahan semen dan pasir hanya Rp 90 ribu.
Ashari mengatakan hasil karya tersebut menurutnya sudah dimanfaatkan dan dipasang di kantor desa dan beberapa sekolah. Bahkan, pemerintah Kabupaten Bandung sudah ada yang memesan paving block berbahan limbah plastik.
Ketua Bank Sampah Warisan Alam Desa Sukapura, Rendi Firmansyah mengungkapkan tiap pekan menampung sekitar 2 ton sampah dari masyarakat yang bernilai ekonomis seperti botol plastik. Sedangkan yang tidak bisa dijual seperti kantong plastik diolah menjadi paving block.
Ia mengungkapkan, bentuk dan ukuran paving block yang dibuat tidak berbeda dengan yang dibuat dari bahan lain. Namun, hasil paving block berbahan limbah plastik lebih berwarna hitam dan mengkilap.
"Beberapa keunggulan paving block berbahan limbah plastik tahan banting dan tahan jika dihimpit," ujarnya. Menurutnya, pengolahan limbah plastik menjadi paving block bagian dari upaya penanggulangan sampah di lingkungan masyarakat.