REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga pemeringkat utang internasional, Moody's Investors Service mengatakan dalam sebuah laporan baru bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia berisiko gagal bayar. Hal ini berdampak pada industri perbankan.
Dalam laporan Moody's yang dirilis Senin (30/9) berjudul 'Banks-Asia-Pacific: Risks from leveraged corporates grow as macroeconomic conditions worsen' disebutkan, melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya perdagangan serta ketegangan geopolitik dapat melemahkan kemampuan pelayanan utang. "Tingkat gagal bayar (default) perusahaan di Asia Pasifik sejauh ini rendah, dibantu oleh suku bunga rendah dan kondisi pendanaan yang menguntungkan, tetapi meningkatnya ketegangan perdagangan dan geopolitik membebani ekonomi global dan rantai pasokan di tengah pertumbuhan yang sudah melambat," kata Rebaca Tan, Asisten Wakil Presiden dan Analis Moody.
Tes tekanan (stress test) yang mengasumsikan penurunan 25 persen dalam EBITDA, menunjukkan bank-bank di India dan Indonesia paling rentan terhadap penurunan kapasitas pembayaran utang perusahaan. Ini diikuti oleh bank-bank di Singapura, Malaysia dan Cina.
Laporan ini meneliti risiko kredit dari 13 negara Asia Pasifik yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, Cina, Hong Kong, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru, dan India. Total utang perusahaan di 13 negara yang dicakup oleh laporan Moody hanya tumbuh 1 persen year on year (yoy) dalam dolar AS pada akhir 2018, laju paling lambat sejak krisis keuangan global. Namun, leverage perusahaan secara keseluruhan tetap relatif tinggi terhadap PDB di banyak ekonomi kawasan.
Selain itu, outstanding utang sangat terkonsentrasi di antara perusahaan-perusahaan yang memiliki utang lebih dari empat kali EBITDA, sehingga meningkatkan risiko gagal bayar karena kondisi operasi melemah.
Sedikit mengurangi risiko ini adalah buffer kuat yang disimpan oleh sebagian besar bank Asia Pasifik, dalam bentuk cadangan kerugian pinjaman dan modal, untuk menahan penurunan tajam dalam kualitas aset. Di bawah skenario tekanan Moody, rasio modal akan turun 1 hingga 4 poin persentase di sebagian besar perekonomian, membuat bank memiliki buffer yang cukup. Di antara 13 sistem perbankan, bank India adalah yang paling rentan.