REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika berencana menambah teknologi augmented reality dan virtual reality di Museum Penerangan. Langkah itu ditujukan agar pengunjung dapat menikmati koleksi museum dengan cara yang kekinian.
"Kami ingin menguatkan pemanfaatan teknologi informasi untuk menunjukkan bahwa kita punya sejarah media komunikasi yang bisa dimanfaatkan oleh anak-anak muda sebagai tujuan wisata yang update dengan teknologi," kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Prof Dr Widodo Muktiyo, di Museum Penerangan di kompleks wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Selasa.
Kominfo menginginkan agar Museum Penerangan tidak hanya sebagai tempat penelitian dan sumber pengetahuan, namun, juga menjadi tempat yang dapat dinikmati koleksinya melalui bantuan teknologi. Museum tersebut dikelola oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo.
"Melihat museum bukan hanya fisiknya, tapi membangun sensasi yang akan mengesankan buat generasi milenial, tentu dengan dukungan teknologi," kata Widodo.
Museum Penerangan merupakan tempat koleksi peralatan komunikasi, pers dan grafika, mewakili tugas dan fungsi Departemen Penerangan, yang sejak 1999 berubah menjadi Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kementerian sejak 2018 merevitalisasi Museum Penerangan antara lain perubahan periodisasi koleksi museum, saat ini dibagi menjadi Periode sebelum 1945, Periode 1945-Reformasi dan Periode Reformasi hingga sekarang.
Program revitalisasi ini juga berlaku untuk Museum Pers di Solo, Jawa Tengah. Rencananya, tahun depan koleksi-koleksi di sana akan terdokumentasi secara digital.