Rabu 02 Oct 2019 22:46 WIB

KPU Perlu Bangun Kepercayaan Publik untuk Terapkan Rekap-El

Agar publik yakin bahwa sistem yang digunakan benar-benar akuran menghitung.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Ratna Puspita
Hadar Nafis Gumay
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Hadar Nafis Gumay

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hadar Nafis Gumay mengingatkan agar KPU membangun kepercayaan publik apabila akan mengimplementasikan rekapitulasi elektronik (rekap-el). Selain kesiapan regulasi dan teknologi, penyelenggara harus mampu meyakinkan publik.

"Jadi kita semua akan yakin, percaya bahwa sistem yang digunakan betul-betul akan akurat menghitungnya," ujar Hadar saat forum grup diskusi (FGD) tentang e-rekapitulasi di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (2/10).

Baca Juga

Ia mengatakan, kunci dalam persiapan penerapan e-rekapitulasi harus betul-betul persiapan yang sifatnya terbuka atau transparan sejak poin awal hingga akhir dan partisipatif. Kepercayaan harus dibangun sejak awal persiapan sehingga tidak ada kasus kalau sudah jadi baru dikasih tahu.

"Contohnya di Filipina, elemen paling utama, source corp saja dibuka kepada para peserta pemilu sehingga mereka bisa me-review-nya. Para stakeholder yang lebih luas bisa mencobanya dan itu berulang-ulang ada uji coba, evaluasi," jelas dia.

Hadar menuturkan, banyak tantangan yang dihadapi KPU untuk mengimplementasikan ekapitulasi elektronik. Contohnya, penggunaan teknologi yang harus bisa diandalkan bekerja cepat dan akurat. Kemudian infrastruktur penunjang seperti jaringan internet, server, dan lain-lain harus bisa memenuhi kebutuhan disertai jaminan keamanan.

Sementara itu, Komisioner KPU RI Evi Novida Manik mengatakan, prinsip pelaksanaan rekapitulasi elektronik ialah membangun kepercayaan disamping mempersiapkan teknologi. Menurutnya, KPU akan menyiapkan teknologi yang aman, mudah diakses publik terhadap data hasil pemilihan.

"Kemudian juga penyelenggaranya juga ya, selain teknologi ya dan kita harus bisa menjelaslan kepada publik apa teknologi yg kita gunakan itu, sistem e-recap yang kita gunakan, pemanfaatannya seperti apa," jelas Evi.

Ia menerangkan, berdasarkan pengalaman pemilu sebelumnya mencapai kesimpulan bahwa perlu mendapatkan hasil yang lebih cepat. Sebab, kata dia, semakin lama sebuah hasil itu direkapitulasi itu tentu akan ada kemungkinan-kemungkinan manipulasi.

Evi menuturkan, banyak persepsi publik yang menduga hasil pemilu dimanipulasi. Sehingga, KPU perlu meyakinkan publik bahwa hasil pemilu menggunakan e-rekapitulasi adalah benar selain juga kelebihan dalam hal kecepatan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement