REPUBLIKA.CO.ID, WINDSOR LOCKS -- Sebuah pesawat era Perang Dunia (PD) II dengan 13 orang di dalamnya jatuh dan terbakar di bandara Hartford, Amerika Serikat (AS), Rabu (2/10). Kecelakaan itu terjadi setelah pesawat mengalami masalah mekanis saat lepas landas.
Menurut saksi mata, pesawat pengebom B-17 bermesin empat yang digerakkan baling-baling ini mencoba naik ke udara dan menabrak gedung pemeliharaan di Bandara Internasional Bradley saat pilot berputar kembali untuk pendaratan. Pesawat itu mengangkut 10 penumpang dan tiga awak. Korban meninggal dunia mencapai tujuh orang.
Komisaris Keamanan Umum Connecticut James Rovella mengatakan, beberapa dari penumpang yang berada di dalam pesawat terbakar. Kondisi tersebut membuat korban lebih sulit diidentifikasi.
Beberapa orang yang selamat dari kecelakaan itu terluka parah. Terdapat satu korban dan seorang petugas kebakaran yang mengalami luka di luar dari penumpang pesawat.
Rovella menjelaskan, korban meninggal dunia dapat bertambah melihat kondisi penumpang yang bertahan. Dia mengatakan, beberapa nyawa dapat terselamatkan oleh upaya bersama orang-orang sekitar bandara yang membantu proses evakuasi korban yang terjebak dalam kebakaran pesawat.
"Anda akan mendengar tentang upaya heroik dari beberapa orang yang ada di dalam dan di sekitar pesawat itu," kata Rovella.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional mengirim 10 tim untuk menyelidiki penyebab kecelakaan itu. Pilot pesawat itu melaporkan masalah dan mengatakan tidak mendapatkan ketinggian beberapa menit setelah penerbangan. Kemudian, pesawat kehilangan kendali ketika mendarat dan menabrak gudang di fasilitas sekitar pukul 10.00 waktu setempat.
Catatan penerbangan dari Flight Aware menunjukkan pesawat itu telah menempuh jarak 13 kilometer dan mencapai ketinggian 244 meter. Bandara tersibuk kedua di New England ini pun ditutup sesudah kejadian itu. Setelah tiga jam lebih, landasan pacu tunggal kembali dapat digunakan.
Dalam rekaman transmisi audio, pilot memberi tahu pengawas lalu lintas udara dia harus segera kembali ke bandara dan mendarat. Ditanya mengapa, dia berkata: "Mesin nomor empat, kami ingin kembali dan meledakkannya."
Pesawat yang telah dipensiunkan ini terdaftar sebagai sipil yang berhubungan dengan Collings Foundation. Yayasan itu merupakan kelompok pendidikan yang membawa pesawat terbang Wings of Freedom ke bandara pekan ini.
Pesawat yang dikenal sebagai Benteng Terbang itu adalah salah satu pesawat Sekutu paling terkenal dari Perang Dunia II. Setelah pensiun, pesawat ini digunakan untuk membawa penggemar sejarah dan penggemar pesawat untuk terbang dalam penerbangan singkat. Mereka bisa berdiri dan berjalan di dalam pesawat.
"Saat ini hati saya benar-benar keluar untuk keluarga yang menunggu. Dan kami akan memberi mereka informasi terbaik yang kami bisa secepat mungkin dengan cara yang jujur," kata Gubernur Connecticut Ned Lamont
Antonio Arreguin yang sedang parkir di lokasi konstruksi dekat bandara memberikan kesaksian. Dia mengatakan tidak melihat kejadian, tetapi, mendengar ledakan dan bisa merasakan panas dari jarak 229 meter.
Pesawat bertipe sama pernah jatuh juga pada 1987. Collings Foundation menjelaskan, ketika itu pesawat sedang melakukan pertunjukan udara dekat Pittsburgh dan kecelakan itu melukai beberapa orang. Pesawat pengebom melewati landasan pacu dan terjun menuruni bukit karena menghantam angin kuat.
B-17 Flying Fortresses yang dibangun Boeing memiliki panjang 23 meter dengan lebar sayap 32 meter. Kendaraan ini digunakan dalam serangan pengeboman siang hari terhadap Jerman selama perang. Misi itu sangat berisiko dengan tingkat korban tinggi, tetapi membantu menghancurkan mesin perang industri Nazi.