REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Konsulat Jenderal RI (KJRI) Hong Kong dalam sebuah pernyataanya mengatakan tidak dapat mengungkapkan kondisi kesehatan jurnalis Indonesia Veby Mega Indah kepada publik. Konsul Muda Pensosbud KJRI Hong Kong Vania Alexandra mengatakan, saat ini dokter masih mengobservasi kondisi mata Veby yang terkena tembakan saat meliput protes Hong Kong.
"Terlalu dini mengatakan saudari Veby akan buta, mengingat sampai sekarang dokter pun masih terus melakukan perawatan dan mengobservasi," ujar Vania ketika dihubungi oleh Republika.co.id, Kamis (3/10).
Vania mengatakan, KJRI Hong Kong terus mendampingi Veby dalam menjalani prosedur perawatan. KRJI juga memastikan Veby memperoleh perawatan yang baik dari rumah sakit.
Veby diberitakan kehilangan penglihatan mata kanannya. Pengacaranya Micheal Vidler mengatakan mata kanan Veby buta permanen akibat tembakan peluru karet polisi saat ia meliput aksi protes Hong Kong.
"Dokter yang merawat (Veby Mega) hari ini memberitahunya sayangnya cedera yang diterimanya akibat ditembak oleh polisi, akan mengakibatkan kebutaan permanen di mata kanannya. Dia diberi tahu pupil matanya pecah karena benturan. Persentase pasti dari kerusakan permanen hanya dapat dinilai setelah operasi," ujar Vidler seperti dikutip Hong Kong Free Press, Kamis (3/10).
Foto menunjukkan Veby yang merupakan editor rekanan Suara berdiri di samping jurnalis media lain ketika dia melakukan live streaming Facebook. Dia kemudian jatuh ke tanah setelah terkena proyektil yang ditembakkan oleh kepolisian Hong Kong di sebuah jembatan dekat stasiun MTR Wan Chai. Dia saat itu mengenakan jaket mencolok dan helm, dengan tulisan 'pers'. Dia juga mengenakan pelindung mata.
Veby tetap dalam keadaan sadar dan langsung dirawat oleh pertolongan pertama di tempat kejadian. Dia kemudian dilarikan ke rumah sakit Pamela Youde Nethersole Eastern.
Vidler mengatakan, keluarganya kini menemaninya. "Kami juga dapat mengonfirmasi telah menerima bukti dari pihak ketiga, yang menunjukkan proyektil yang membutakan Veby adalah peluru karet dan bukan semacam bean bag seperti yang diperkirakan pada awalnya," ujar Vidlr.
Demonstrasi kembali berubah menjadi kericuhan ketika peluru polisi melukai seorang pendemo, bertepatan dengan ulang tahun Partai Komunis China, Selasa (1/10). Demonstran juga kembali berunjuk rasa memprotes penggunaan kekerasan berlebihan dari polisi, Rabu (2/10).