REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sebanyak 132 perantau asal Sumatera Barat (Sumbar) yang bermukim di Wamena, Provinsi Papua, difasilitasi lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Jumat (4/10) dini hari sekitar pukul 01.50 WIB. "Ini adalah rombongan yang berangkat dari Sentani berlanjut ke Balikpapan, dan kemudian mendarat di BIM. Seluruhnya berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan," kata Dewan Pembina ACT N Imam Akbari, di Padang, Jumat pagi.
Sesampainya di bandara, ratusan perantau tersebut juga disediakan bus untuk mengantar ke Kabupaten Pesisir Selatan. Salah satu perantau, Yusnaniar mengaku lega sudah bisa sampai di Sumbar dengan selamat. Ia pulang bersama suaminya, Firman (38), serta tiga orang anak.
Ia sudah merantau ke Wamena sejak 2007. Di sana berdagang sembako dan kebutuhan harian, tepatnya di kawasan Pasar Baru.
Ia mengaku kecemasan yang dialami ketika peristiwa kerusuhan itu terjadi pada 23 September, karena kedua anaknya sedang berada di sekolah. "Satu anak saya sekolah SMP kelas 1, satu lagi kelas 2 SD. Ini yang menimbulkan kecemasan, namun saya terus berdoa demi keselamatannya dan mendatangi sekolah tersebut," katanya.
Pelaku sempat telah merusak gerbang sekolah itu, namun beruntung anaknya selamat dan saat ditemukan berkumpul bersama di dalam kelas. "Setelah menjemput anak saya pulang dulu, kemudian langsung ke tempat pengungsian di Kodim," katanya.
Kedatangan perantau dari Wamena di BIM tersebut merupakan gelombang kedua. Sebelumnya, rombongan pertama mendarat pada Kamis (3/10) sekitar pukul 20.40 WIB sebanyak 50 orang.
Pada bagian lain, pihak ACT akan terus memfasilitasi kepulangan para perantau. Untuk Jumat direncanakan akan datang sebanyak 80 hingga 90 orang dari sejumlah penerbangan. "Kami juga memantau perantau yang berangkat dari Papua ke Jakarta menggunakan kapal, jika bisa diupayakan dari Jakarta ke Padang bisa menggunakan pesawat," katanya.
Imam Akbari juga melakukan kampanye bahwa peristiwa semacam itu tidak terjadi lagi, tidak ada dendam, tidak ada preseden buruk. Ia melihat ini momentum sekaligus stimulan untuk semakin memperkuat persatuan dan kesatuan anak bangsa untuk menyusun masa depan yang lebih baik.