CIANJUR, AYOBANDUNG.COM -- Sejumlah desa di kaki Gunung Gede-Pangrango, Cianjur, mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Sejak beberapa pekan terakhir debit air yang mengalir ke bak penampungan di pemukiman warga terus berkurang.
"Sudah satu pekan terakhir, debit air di bagian hulu tepatnya di kawasan Gunung Putri, terus berkurang, sehingga berdampak terhadap debit air di bak penampungan yang ada di sejumlah titik," kata Dikdik (34) warga Kampung Pasekon, Desa Cipendawa, kepada wartawan di Cianjur, Minggu (6/10/2019).
Akibatnya, kata dia, diberlakukanlah sistem pembagian air secara bergiliran ke pipa air milik warga. Dengan demikian debit air yang ada dapat digunakan secara maksimal karena debit air di bagian hulu terus berkurang.
AYO BACA : Kemarau Panjang, 9.371 Warga Cimahi Alami Krisis Air
Ia menjelaskan, setelah dilakukan musyawarah dengan tokoh masyarakat, disepakati jatah pembagian air dilakukan ke sejumlah RT agar tetap dapat memiliki pasokan air bersih.
Hal serupa terjadi di sejumlah desa yang terletak di bawah kaki Gunung Gede-Pangrango yang selama ini tidak pernah kekurangan air meskipun kemarau panjang melanda kawasan tersebut. Desa-desa itu berada di Kecamatan Pacet, Cipanas, Sukaresmi, dan Cugenang.
Pemerhati lingkungan Cianjur, Eko Wiwid mengatakan kawasan Gunung Gede-Pangrango dan gunung-gunung penyangga lainnya di bagian Utara Cianjur, merupakan sistem ekologi alamiah yang mempunyai potensi Sumber Daya Alam yang luar biasa termasuk air bersih.
AYO BACA : Krisis Air Landa SD Cimahi, Siswa Bekal Air untuk Kencing dan Wudhu
"Gunung Gede-Pangrango bagian dari hidrologi air bersih bagi kehidupan berkelanjutan yang sudah tersedia secara alamiah. Namun hidrologi gentong air raksasa ini tidak terkelola dengan baik oleh pemerintahan untuk kebutuhan warga sekitar," kata Eko.
Hal tersebut terbuktikan, ujarnya, kecamatan dan desa di bawah kaki gunung itu mulai kesulitan air untuk kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan pertanian.
"Ini seharusnya tidak dialami warga di lereng gunung, bisa kekurangan air, semua pihak harus bekerja sama saling sinergi mengelola air, baik pihak pengelola kawasan hutan, pemerintah daerah, dinas terkait dan pemerintahan desa sebagai ujung tombak," ujar dia.
Pihaknya menilai jika semua pihak mengelola air pegunungan dengan baik untuk kebutuhan warga, tidak akan ada kata kekurangan air meski di musim kemarau dan tidak ada kata banjir di kala musim penghujan.
"Ironis memang rakyat Indonesia yang hidup sudah puluhan tahun bahkan ratusan tahun silam di kaki gunung, sekarang harus mengalami kekurangan air, sementara pihak perusahaan besar yang baru datang bisa menggunakan air bersih dan terus memproduski air minum kemasan," ungkap Eko.
Pihaknya berkomitmen secara gencar melakukan perawatan sumber mata air untuk menanggulangi masalah yang dihadapi warga.
AYO BACA : Sulit Distribusikan Air Bersih, Purwakarta Pinjam Truk Tanki ke Pemprov Jabar
Ikuti Whatsapp Channel Republika