Selasa 15 Oct 2019 18:43 WIB

Sampah di Sungai Cikeas Dibersihkan

Sebagian sampah tersebut diangkat secara manual.

Rep: Riza Wahyu Pratama/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas gabungan membersihkan tumpukan sampah yang menyumbat aliran air Sungai Cikeas, di kawasan Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (15/10/2019).
Foto: Antara/Risky Andrianto
Petugas gabungan membersihkan tumpukan sampah yang menyumbat aliran air Sungai Cikeas, di kawasan Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (15/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Sampah bambu yang menyumbat aliran Sungai Cikeas dibersihkan. Lantaran sulitnya akses alat berat untuk menjangkau sungai, sebagian sampah tersebut diangkat secara manual. Sementara sebagian yang lain dihanyutkan.

Sebelumnya, sampah bambu menumpuk di Sungai Cikeas di dekat Bendung Koja, Jati Asih, Kota Bekasi. Sampah tersebut diperkirakan mencapai 160 meter dengan volume sekitar 1.200 kubik.

Baca Juga

Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi menyatakan, keberadaan sampah tersebut merupakan potret dari rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan aliran sungai. Ia tidak menuduh siapapun, namun ia ingin mengajak seluruh masyarakat untuk bekerja sama menjaga kebersihan sungai, Selasa (15/10).

Dengan banyaknya sampah yang menumpuk, Wali Kota Bekasi itu menyebutkan, daerah hilir sungai merupakan pihak yang paling dirugikan. "Kita sudah punya MoU (Memorandum of Understanding) dengan Bupati Bogor. Tapi sosialisasinya mungkin sangat lemah," kata Rahmat kepada awak media di sisi Sungai Cikeas.

Terkait dengan pembersihan, ia meminta agar tanggul yang ada di sisi sungai tersebut dibongkar. Pembongkaran tersebut ditujukan untuk membuka jalan akses alat berat agar dapat mengangkut sampah. Pasalnya, jika pembersihan dilakukan secara manual, ia memperkirakan, hal itu akan memakan waktu lebih dari satu bulan.

"Makanya kita minta untuk warga di sekitar sini juga untuk membuka tanggul untuk alat berat. Kalau (tanggul) rusak nanti kita perbaiki. Jadi nggak perlu khawatir karena pemerintah dalam hal ini pemkot akan menyelesaikan," ujar Rahmat.

Sementara, untuk mengantisipasi peristiwa tersebut di kemudian hari, ia telah meminta kepada Dinas Pekerjaan Umum untuk memasang penyaring sampah di lokasi tersebut. Dengan demikian, sampah yang masuk ke wilayah Kota Bekasi akan dengan mudah diangkut secara berkala.

"Saya meminta Dinas PU bekerja sama dengan BBWSCC untuk memasang Screen pakai elektric chain yang nanti pada saat menumpuk tinggal diambil oleh operator yg ada di lingkungan sini. Biaya besar pun tidak masalah, yang penting masalahnya selesai," kata dia.

Sementara itu, Kepala Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C), Puarman, menyebutkan opsi pembongkaran memiliki beberapa resiko. Oleh karenanya, ia meminta agar opsi tersebut dikesampingkan.

"Kalau dibongkar hanya sekedar memasukkan alat berat, nanti pada saat air muka naik, masyarakat akan kebanjiran. Kemudian yang kedua, taruhlah tanggul itu dibongkar, kemudian disambung lagi. Tanggul kalau udah disambung kekuatannya berbeda dari yg masih utuh orisinil," kata Puarman saat ditemui di sekitar Sungai Cikeas.

Kemudian, ia mengusulkan agar pembersihan tersebut dilakukan dengan cara dihanyutkan. Setelah dihanyutkan, sampah tersebut kemudian diangkut di tempat terbuka yang memungkinkan akses alat berat.

"Yang lagi kita pikirkan sekarang sampah digelontorkan, sehingga dalam waktu seminggu selesai, tinggal nunggu di hilirnya. Kita cari titik yang memungkinkan alat berat masuk. Sementara ini Kemang Pratama bisa, kebetulan di Kemang Pratama itu teman-teman dari DLH Kota Bekasi, pasukan katak memang sudah standby di sana," kata dia.

Ia melanjutkan, menghanyutkan ssamoah tersebut akan memakan waktu relatif singkat. Sementara terkait caranya, ia menjelaskan, sampah bambu tersebut hanya perlu dibuka kunciannya. Setelah itu, sampah akan bergerak dengan sendirinya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement