REPUBLIKA.CO.ID, SACRAMENTO – Sebuah survei yang dirilis pada Rabu (16/10), menunjukkan bahwa 39 persen dari siswa Muslim di Kalifornia, Amerika Serikat, melaporkan menjadi target perundungan atau bullying karena keyakinan Islam mereka. Angka itu naik dibandingkan ketika survei terakhir dilakukan pada 2016 sebesar 19 persen.
Asosiasi guru dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (Council on American-Islamic Relations/CAIR) yang berbasis di Anaheim telah melakukan survei pada 1.500 siswa Muslim berusia 11 hingga 18 di seluruh negara bagian Kalifornia.
Meskipun, dikatakan bahwa angka persentase tersebut masih sedikit dalam beberapa kategori. Hampir 40 persen responden melaporkan, bahwa siswa di sekolah diintimidasi karena menjadi Muslim.
Menurut laporan itu, angka ini dua kali lipat statistik nasional bagi siswa yang diintimidasi di sekolah. Namun di sisi lain, penelitian ini menunjukkan adanya penurunan dalam komentar efensif dari guru, administrator dan pejabat lainnya, dari 38 persen pada 2016 menjadi 29 persen pada 2018-2019.
Sementara itu, cyberbullying (intimidasi dunia maya) juga cenderung menurun. Dalam survei terbaru menunjukkan adanya penurunan dari 26 persen pada 2016 menjadi 13 persen.
Dari survei tersebut, siswa perempuan melaporkan lebih banyak perundungan. Survei menunjukkan, 44 persen siswa perempuan mengalami perundungan, dibandingkan dengan 37 persen bagi siswa laki-laki.
Dikatakan, bahwa perundungan itu lebih sering terjadi pada tingkat yang lebih tinggi, di mana 48 persen siswa sekolah menengah atas melaporkan adanya perundungan, yang merupakan tingkat tertinggi di semua kelompok umur.
Laporan tersebut menyatakan, bahwa 72 persen dari siswa melaporkan 'merasa nyaman' mengungkapkan agama mereka kepada orang lain. Sebelumnya pada 2016, angka terkait ini ada sebesar 77 persen.
Di sini, CAIR merekomendasikan lebih banyak pelatihan bagi para pendidik tentang cara menangani intimidasi yang berfokus pada Islam. Menurut laporan CAIR, pelatihan untuk guru dan administrator sekolah harus mencakup pelatihan kompetensi yang tidak bias dari para ahli tentang praktik keagamaan dan kepercayaan siswa Muslim mereka. Hal itu untuk memungkinkan pendidik mengantisipasi dan mengidentifikasi area-area perundungan.
Menurut CAIR, para guru harus dilatih untuk menjadi peka terhadap rencana pelajaran dan diskusi kelas tentang Islam dan politik global saat ini yang dapat berdampak pada siswa Muslim. Siswa Muslim tidak boleh dibuat merasa bahwa mereka harus menjawab untuk semua Muslim.
"Banyak siswa Muslim Amerika merasa tertekan oleh teman sebaya dan guru mereka untuk berbicara secara otoritatif tentang hal-hal ini ketika mereka mungkin tidak diperlengkapi untuk melakukannya," kata CAIR, seperti dilansir di NBC Southern California, Kamis (17/10).
Selain itu, organisasi ini juga mendorong orang tua dan siswa untuk waspada dalam memperhatikan tanda-tanda perundungan dan pelecehan. Mereka merekomendasikan para orang tua agar memantau dengan cermat aktivitas anak-anak mereka di dunia maya untuk melindungi mereka dari cyberbullying. Selain itu, dikatakan bahwa orang tua harus mengikuti prosedur negara untuk mengajukan keluhan dengan sekolah anak-anak mereka dan menindaklanjuti dengan kantor CAIR setempat. (Kiki Sakinah)