Ahad 20 Oct 2019 13:32 WIB

Aktivis Hong Kong Ditikam di Lennon Wall

Seorang pria melakukan penikaman sambil meneriakkan dukungan pada China.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Pengunjuk rasa membawa payung dalam demonstrasi di Hong Kong, Ahad (20/10).
Foto: AP Photo/Mark Schiefelbein
Pengunjuk rasa membawa payung dalam demonstrasi di Hong Kong, Ahad (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Seorang pria yang membagikan selebaran untuk pro-demokrasi Hong Kong diserang, Sabtu (19/10). Serangan menggunakan pisau itu melukai bagian leher dan perutnya.

Korban berusia 19 tahun ini mengenakan pakaian hitam dan masker wajah berwarna sama. Dia ditikam di dekat salah satu Lennon Walls yang bermunculan di sekitar kota selama berbulan-bulan demonstrasi.

Baca Juga

Gambar-gambar media setempat memperlihatkan remaja itu terluka parah dalam insiden sore hari di distrik Tai Po di bagian timur laut. Rekaman yang diposting di media sosial menunjukkan seorang pria lain memegang pisau dan berteriak: "Hong Kong adalah bagian dari China. (Anda) mengacaukan Hong Kong." 

Korban pun langsung dilarikan ke rumah sakit untuk operasi. Polisi memastikan seorang pria berusia 22 tahun telah ditangkap.

"Pria itu tiba-tiba bergegas ke teman saya dan menebas lehernya. Kemudian teman saya lari ke arah ini. Setelah itu ia jatuh dan ditusuk di perut dengan pisau," kata seorang rekan korban yang terluka itu di tempat kejadian, dikutip dari The Guardian, Ahad (20/10).

Lennon Walls merupakan area dengan kertas tempel berwarna-warni, poster dan slogan. Lennon Walls telah muncul di lebih dari 100 lokasi di sekitar Hong Kong. Seringkali area ini berada di terowongan pejalan kaki atau di dekat stasiun kereta bawah tanah.

Dinding tersebut dipandang sebagai metode protes damai. Hanya saja, beberapa waktu belakangan, lokasi yang tersebar di beberapa wilayah Hong Kong ini pun menjadi titik nyala kekerasan.

Dalam beberapa bulan terakhir, perkelahian pecah ketika sekelompok pria yang mendukung pemerintah Hong Kong mencoba merobohkan poster itu, atau antara orang-orang dengan pandangan politik yang berbeda. Pada Rabu lalu pun, aktivis pro-demokrasi Jimmy Sham dibawa ke rumah sakit berlumuran darah setelah diserang dengan palu.

Front Hak Asasi Manusia Sipil, yang dipimpin Sham, telah mengajukan izin mengadakan rapat umum damai pada Ahad yang menyerukan penyelidikan independen terhadap kebrutalan polisi dan hak pilih universal. Hanya saja, permintaan mereka ditolak oleh polisi. Pawai diharapkan berlangsung meskipun ada larangan.

Protes besar dan semakin keras selama lebih dari empat bulan di Hong Kong pada awalnya dipicu oleh rancangan undang-undang memungkinkan ekstradisi ke daratan China. Namun, rancangan itu dapat digagalkan, sejak saat itu, protes berkembang menjadi gerakan yang lebih luas yang menyerukan demokrasi dan akuntabilitas polisi yang lebih besar setelah Beijing dan para pemimpin lokal mengambil tindakan keras.

Ketika kekerasan meningkat, para pemrotes pro-demokrasi yang keras juga mulai melakukan hal yang sama. Mereka memukuli orang-orang yang secara vokal tidak setuju dengan tujuan mereka atau dipandang sebagai loyalis pemerintah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement