Jumat 25 Oct 2019 07:37 WIB

Warga Jakarta Timur Krisis Air Bersih

Cakung dan Pulogadung rawan kekeringan karena dekat dengan laut.

Rep: Abdurrahman Rabbani/Antara/ Red: Bilal Ramadhan
Krisis Air: Penjual mengisi air bersih di depot pengisisan air di Jl. RE Martadinata, Jakarta Utara, Selasa (28/7).   (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Krisis Air: Penjual mengisi air bersih di depot pengisisan air di Jl. RE Martadinata, Jakarta Utara, Selasa (28/7). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —  Warga Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, terdampak kekeringan selama hampir satu bulan terakhir. Baru kali ini warga berhadapan dengan musim kemarau yang mengharuskan mereka meminta bantuan air bersih dari pemerintah.

“Kalau buat warga RT 002 RW 03 baru kali ini kekeringan paling parah. Sebelumnya enggak pernah sampai kering kayak gini. Saya dari kecil tinggal di sini, tapi baru ngerasain sumur kering ya sekarang," kata ketua RT 002 Adi Ismanto (41), Kamis (24/10).

Ia mengatakan, sedikitnya ada 100 jiwa warganya yang kini bergantung kepada bantuan pasokan air dari pemerintah untuk keperluan sehari-hari. Ia menyebutkan, ada warga yang air di rumahnya keruh, keluar airnya sedikit, ada juga yang sudah tidak keluar air sama sekali.

Menurutnya, di lingkungan RW 03 ada beberapa RT yang rutin mengalami kesulitan air saat terjadi kemarau. Namun, pengalaman tersebut baru sekarang dirasakan warga RT 02 RW 03, Kelurahan Bambu Apus.

"Dari bulan lalu saya tahu ada warga yang sumurnya kering, tapi karena masih bisa saling berbagi air saya enggak lapor. Sekarang semua sumur kering, termasuk sumur saya," ujar dia.

Ia telah melaporkan kekeringan yang telah melanda lingkungan RT 02 dan harus menunggu hingga tengah malam. Menurutnya, laporan tersebut mendapatkan hasil dan respons dari pemerintah.

Sementara, kata Adi, pemerintah telah mengirimkan truk tangki berkapasitas 7.000 liter. Bantuan yang telah diberikan tersebut, menurutnya, dapat memenuhi penampungan air warga selama beberapa saat.

Pada Rabu (23/10) malam produsen swasta air bersih yang menjadi mitra DKI Jakarta PT Aetra mendistribusikan bantuan air bersih sekitar 7.000 liter. Air tersebut didistribusikan kepada warga yang membutuhkan dengan cara ditampung menggunakan galon maupun panci.

"Warga yang kekeringan enggak cuma RT saya, jadi pengiriman air bersihnya harus gantian. Di RT 02 ini ada sekitar 25 kepala keluarga yang terdampak. Buat warga saya mungkin ini kemarau paling parah," kata dia menjelaskan.

Informasi yang diketahui, saat awal kemarau melanda, wilayah Kecamatan Cipayung memang ditetapkan BPBD dan BMKG rawan kekeringan. Tapi, Kelurahan yang berstatus rawan adalah Kelurahan Halim dan Kelurahan Cipayung, bukan Kelurahan Bambu Apus dan Kelurahan Cilangkap.

Salah satu warga, Nemi (42 tahun), mengaku sempat mengandalkan air bersih milik tetangganya yang juga tinggal di rumah kontrakan. "Tapi airnya keruh, enggak layak buat dimasak," kata Nemi.

Air yang keluar dari keran pun relatif kecil karena sumur yang mulai mengering. Air bantuan dari PT Aetra diperkirakan cukup untuk keperluan rumah tangga selama dua hari ke depan.

"Kalau bisa sih setiap dua hari sekali dikirim air kayak begini biar bisa dipakai buat minum sama masak," kata dia berharap.

Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur telah mengantisipasi sejumlah wilayah yang rawan masalah kekeringan. Telah disiapkan bantuan air bersih yang dijanjikan tiba dalam waktu dua jam setelah dilaporkan.

Wakil Wali Kota Jakarta Timur Uus Kuswanto mengatakan, pihaknya telah mengecek kondisi pompa air. Menurutnya, akan tetap ada antisipasi untuk kekeringan yang mungkin terjadi di beberapa wilayah, khususnya Jakarta Timur.

“Sebenarnya kita sudah antisipasi untuk banjir, sudah cek pompa air. Tapi sekarang cuaca berubah panas lagi, jadi sekarang masih antisipasi kekeringan,” kata Uus, Rabu, (23/10).

Menurutnya, semenjak musim kemarau melanda, Pemkot Jakarta Timur belum menerima adanya laporan dari warga yang mengalami masalah kesulitan air bersih.

“Kalau ada laporan warga yang kurang air kita sudah siap siaga terkait dengan kebutuhan air bersih. Memang yang agak rawan di bagian wilayah utara, seperti Cakung dan Pulogadung," ujar dia.

Ia menjelaskan, dari hasil identifikasi pihaknya, untuk wilayah utara memang daerah tersebut rawan akan masalah kekeringan. Ditambah wilayah tersebut memiliki penduduk yang paling padat.

Menurutnya, wilayah paling padat penduduk di antara 10 kecamatan itu karena berdekatan dengan Jakarta Utara yang terdapat laut. "Cakung kan termasuk, ya maaf saja air tanahnya kurang bagus. Jadi, mereka menggunakan air PAM, tapi selama air PAM masih mencukupi enggak ada masalah," kata dia menjelaskan.

Sementara itu, meningkatnya suhu panas di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya menyebabkan masalah kekeringan di berbagai wilayah. Mengacu pada data BPBD dan BMKG, beberapa waktu lalu, wilayah di Jakarta Timur yang berstatus rawan kekeringan, yakni Kelurahan Halim, Cipayung, dan Pulogadung.

Sebelumnya, menurut Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab, komposisi awan di langit Jakarta ini minim, berdasarkan analisis BMKG. Hal tersebut mengakibatkan sinar matahari yang bersinar terik langsung menimpa tanah tanpa ada penghalang dari awan. Kemudian, panas di bumi menjadi maksimal.

"Nah, itu kan karena posisi matahari tepat di atas Indonesia nih sekarang. Itu yang menyebabkan kenapa suhu terasa panas sekarang ya," kata Fachri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement