REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Surat kabar yang didukung pemerintah China meminta tanggung jawab Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Hal itu menyusul ditemukannya 39 mayat yang diduga warga negara China dalam sebuah truk di dekat London.
Paramedis dan polisi menemukan 31 mayat laki-laki dan delapan mayat perempuan pada Rabu (23/10) di kawasan industri di Grays di Essex, sekitar 30 km timur ibu kota Inggris. Atas penemuan tersebut, Global Times mempertanyakan tanggung jawab Inggris karena pengulangan kasus yang hampir serupa.
Selama bertahun-tahun lalu, imigran gelap menggunakan truk untuk mencapai Inggris. Pada 2000, 58 warga China ditemukan tewas dalam sebuah truk tomat di pelabuhan Dover.
"Mungkinkah orang-orang Inggris dan Eropa bertanya pada diri sendiri mengapa mereka tidak dapat menghindari tragedi yang sama. Apakah mereka mengambil semua tindakan perbaikan serius yang dapat mereka lakukan?" tulis Global Times.
Menurut surat kabar itu, Inggris tampaknya tidak belajar dari insiden Dover dua dekade lalu. Mereka hanya akan mengambil tindakan ketika korban berasal dari Eropa.
"Tapi bencana kemanusiaan yang serius telah terjadi di bawah mata Inggris dan Eropa. Jelas bahwa Inggris dan negara-negara Eropa yang relevan belum memenuhi tanggung jawab mereka untuk melindungi orang-orang ini dari kematian seperti itu," kata surat kabar tersebut.
Global Times menyatakan, jika orang-orang tersebut adalah imigran yang diselundupkan ke Inggris, kematian para korban bukanlah kesalahan mereka. "Kami berharap bahwa Inggris dan negara-negara Eropa akan memberlakukan berbagai komitmen mereka terhadap hak asasi manusia dan melakukan upaya agar orang-orang China bebas dari pelecehan dan kematian mendadak," ujar harian di bawah surat kabar Partai Komunis People's Daily.
Hingga saat ini, China belum mengonfirmasi 39 mayat yang ditemukan merupakan warga negara mereka. Meski begitu, pada Jumat, kedutaan China di London mengatakan telah mengirim tim ke Essex untuk bertemu polisi.
"Polisi Inggris mengatakan mereka memverifikasi identitas jenazah, dan saat ini tidak dapat memastikan bahwa mereka adalah warga negara China," kata kedutaan tersebut.