REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Dewan yang berbasis di Kalifornia, belum lama ini menulis sebuah laporan tentang hubungan Amerika-Islam Kalifornia. Hasil dari laporan tersebut cukup mencengangkan, di mana sebanyak 40 persen siswa Muslim di Kalifornia diganggu di sekolahnya masing-masing karena agama kepercayaanya.
Meskipun ada penurunan dari tahun sebelumnya, namun angka tersebut masih lebih dari dua kalinya rata-rata nasional, untuk intimidasi di sekolah. Lebih lanjut studi terkait hal ini juga telah dilakukan oleh kelompok terkait hak-hak sipil dan advokasi Muslim Amerika terbesar di negara tersebut.
Berdasarkan survei, ada sekitar 1.500 siswa Muslim dengan jenjang usia 11 hingga 18 tahun di sekolah negeri dan swasta yang menjadi subjeknya. Lebih lanjut, hampir 30 persennya melaporkan guru dan administratornya yang telah membuat komentar ofensif terkait islam dan Muslim.
Sedangkan 35 persennya mengatakan bahwa mereka telah melihat komentar atau unggahan ofensif di media sosial.
“Kami benar-benar tidak dapat mengabaikan fakta bahwa saat ini di media, dan di antara banyak politisi kami, ujaran kebencian sedang dinormalisasi dengan cara menargetkan para siswa kami,” kata pengacara senior hak sipil untuk CAIR -LA di Anaheim, Patricia Shnell, seperti dilansir Latimes, Jumat (25/10).
Lebih lanjut, seorang ibu dari siswa sekolah menengah di Redlands dan merupakan klien dari CAIR-LA, Ahlam Elabed mengatakan bahwa putranya telah disebut teroris. Padahal sang anak hanya menyerukan ucapan “Allahu Akbar”.
Dia menggambarkan, ketika sang anak mengucapkannya, beberapa orang meneriakinya dengan cara mengejek dan memotret tanpa izin, bahkan melakukan editing foto dengan gambar rasis yang disebarkan ke seluruh teman sekelasnya.
"Anak saya malu dengan intimidasi, dan yang lebih buruk, itu terjadi begitu sering sehingga dia menjadi terbiasa dengan intimidasi, dia mulai merasa bahwa menanggung intimidasi itu lebih sederhana daripada risiko yang akan dia hadapi kalau dia melaporkannya," katanya dalam sebuah pernyataan.
Suhein Beck, seorang warga Trabuco Canyon dan mantan anggota Dewan New Horizon, sebuah sekolah Islam di Irvine, mengatakan bahwa anak-anak Muslim juga diintimidasi di luar sekolah.
Dia menyebut peristiwa setelah penembakan massal 2015 lalu di San Bernardino, yang menewaskan 14 orang, seorang gadis Muslim kenalannya yang mengenakan jilbab, menerima ancaman fisik di sebuah mal. "Itu selalu teringat setelah insiden, dan hal itu sangat membuat kita terpukul," katanya. "
Pada saat yang sama, laporan tersebut menunjukkan bahwa intimidasi terhadap siswa Muslim yang berbasis agama untuk pertama kalinya menurun. Akan tetapi, sejak CAIR-CA mulai mensurvei siswa Muslim tentang intimidasi pada 2013, jumlahnya selalu cenderung naik.
Meski studi pada 2018-2019 ini menandai adanya penurunan 13 persen dalam tingkat intimidasi dibandingkan 2016-2017. Pada kurun waktu ituketika hal tersebut menunjukan 53 persen laporan intimidasi.
"Setiap tahun kami melihat jumlah itu meningkat, dan tahun ini kami melihat penurunan yang cukup signifikan. Sepertinya kita mulai melihat ada perubahan positif dalam tren," kata Shnell.
Terpisah, Manajer Kebijakan dan Advokasi untuk CAIR-LA, Fayaz Nawabi, mengatakan sebagian hal tersebut dikaitkan dengan penurunan intimidasi dengan pekerjaan yang telah dilakukan organisasi dalam beberapa tahun terakhir.
CAIR-LA, sambung dia, telah bekerja dengan distrik sekolah di Orange dan Los Angeles untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan pelatihan kompetensi budaya pendidik.