Kamis 31 Oct 2019 06:01 WIB

Peraih Nobel Pertanyakan Nasib ISIS Usai Kematian Baghdadi

Peraih Nobel Pertanyakan Nasib ISIS Usai Kematian Baghdadi

Rep: Mimi Kartika/ Red: Muhammad Subarkah
Lokasi tewasnya pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi yang meledakkan diri bersama tiga anaknya di Suriah.
Foto: VOA
Lokasi tewasnya pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi yang meledakkan diri bersama tiga anaknya di Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, UNITED NATIONS -- Peraih penghargaan nobel perdamaian 2018, Nadia Murad mempertanyakan anggota ISIS yang lain setelah kematian pemimpinnya Abu Bakar al-Baghdadi. Murad ialah seorang wanita Yazidi Irak yang diperbudak prajurit ISIS pada 2014.

"Awalnya saya berbicara dengan ipar perempuan saya. Semua orang berkata, 'Oke, tapi ini hanya Baghdadi, bagaimana dengan semua ISIS ini? Bagaimana dengan mereka yang memperkosa kita? Mereka masih memiliki anak perempuan kami, mereka masih memiliki anak, sekitar 300.000 Yazidi masih hilang, kami tidak tahu apa-apa tentang mereka," ujar Murad kepada wartawan di markas PBB, Rabu (30/10).

Murad meraih Nobel Perdamaian 2018 atas upayanya untuk mengakhiri penggunaan kekerasan seksual sebagai senjata perang. Beberapa saudara laki-lakinya dibunuh ISIS dan istri-istri mereka juga ditawan. Sejak 2010, Baghdadi memimpin kelompok jihadis.

Presiden AS Donald Trump kemudian mengumumkan pada Ahad (27/10) bahwa Baghdadi meledakkan diri saat AS menggelar operasi militer di barat laut Suriah, tepatnya di Barisha. Para pakar AS pada Juni 2016 memperingatkan bahwa ISIS melakukan genosida terhadap Yazidi di Suriah dan Irak untuk menghancurkan komunitas seksual melalui pembunuhan, perbudakan seksual dan kejahatan lainnya. Aktivis ISIS menganggap Yazidi sebagai pemuja setan.

"Ada banyak ISIS, mereka bergabung dengan Baghdadi dan mereka terus melakukan apa yang dia lakukan. Jadi bukan hanya Baghdadi, kita seperti ISIS seperti Baghdadi ... dan mereka tidak menyerah. Kami ingin melihat mereka dalam keadilan," kata Murad dikutip Reuters.

Tim investigasi AS, yang dibuat Dewan Keamanan AS, mengumpulkan dan melestarikan bukti tindakan ISIS di Irak berupa kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan atau genosida. Murad dan pengacara hak asasi manusia Amal Clooney telah lama mendorong Irak mengizinkan penyelidik AS membantu.

"Mereka yang ditangkap hidup-hidup harus dibawa ke pengadilan di pengadilan terbuka agar dunia bisa melihatnya. Keadilan adalah satu-satunya tindakan yang dapat diterima," tulis Murad di Twitter pada Ahad.

"Kita harus menyatukan dan meminta pertanggungjawaban teroris #ISIS dengan cara yang sama seperti dunia mengadili Nazi di pengadilan terbuka di Pengadilan Nuremberg," lanjut dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement