REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG--Pihak berwenang Hong Kong mengatakan tiga orang kritis dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi yang terjadi akhir pekan kemarin. Bentrokan ini memicu pemerintah pusat Cina meminta Hong Kong untuk mengambil sikap tegas dalam menghadapi kerusuhan di pusat keuangan Asia tersebut.
Ahad (3/11) kemarin Polisi anti huru-hara menyerbu masuk beberapa pusat perbelanjaan yang penuh dengan keluarga dan anak-anak. Termasuk mal Cityplaza yang terletak di timur Taikoo Shing.
Para pengunjuk rasa membentuk pagar betis sebelum bentrok dengan polisi di eskalator. Mereka juga menyemprot grafiti di sebuah restoran. Seorang laki-laki melukai beberapa orang dengan pisau dan menggigit telinga seorang politisi.
Laki-laki itu termasuk salah satu orang yang dalam kondisi kritis. Ia dipukuli pengunjuk rasa dengan tongkat kayu.
Senin (4/11) rumah sakit Hospital Authority Hong Kong mengatakan tiga dari 30 orang yang terluka dalam kondisi kritis. Dua orang diantaranya dalam kondisi serius.
Aksi demonstrasi lebih lanjut direncanakan digelar pekan ini. Kali ini agenda tuntutan, yakni penyelidikan independen terhadap perilaku polisi dan mengadopsi hak pilih universal.
"Pegawai negeri malu dengan kejahatan yang dilakukan oleh kepolisian Hong Kong dan kediktatoran pemerintah Hong Kong," kata Konferensi Pers Warga, kelompok prodemokrasi yang merencanakan diskusi Senin malam tentang bentrokan tersebut.
Sementara itu, media pemerintah China menyerukan upaya keras terhadap para pemrotes yang merusak kantor berita Xinhua yang dikelola pemerintah dan gedung-gedung lainnya. Mereka mengatakan kekerasan itu merusak aturan hukum kota.
Para pemrotes pada Sabtu lalu menghancurkan dan membakar kantor Xinhua dalam kekerasan terburuk yang pernah terjadi. Pekan ini para pengunjuk rasa juga membakar stasiun metro dan merusak bangunan, termasuk Starbucks.
Bisnis di daratan, termasuk bank atau perusahaan yang terlihat mendukung Partai Komunis China yang berkuasa, juga telah menjadi sasaran para pemrotes yang marah karena dianggap campur tangan China dengan kebebasan Hong Kong sejak kembali ke pemerintahan China pada 1997.
Namun, berulang kali China membantahnya dan menuduh negara-negara asing menghasut protes. Dalam sebuah pernyataan, polisi mengutuk tindakan kekerasan dan vandalistik perusuh. Polisi juga berjanji untuk langkah-langkah keamanan publik.
Polisi mengatakan, gas air mata yang secara tidak sengaja ditujukan kepada seorang pemadam kebakaran dimaksudkan untuk membubarkan perusuh. "Ada kesalahpahaman dalam komunikasi verbal antara kedua belah pihak. Masalahnya ditangani dan diselesaikan di tempat kejadian," kata polisi, Senin.