REPUBLIKA.CO.ID, oleh Abdurrahman Rabbani
Kondisi perumahan warga di RW 012 Kelurahan Duri Pulo tampak tidak tertata dengan rapi. Aktivitas warga berbagai macam dilakukan demi menyambung hidup di ibu kota. Dari berjualan di warung kios, pengumpul barang bekas, penjual ban hingga menjadi pak ogah dipersimpangan jalur kereta.
Kelurahan Duri Pulo terletak di kawasan Gambir, Jakarta pusat, tepatnya berdekatan dengan Stasiun Duri dan pusat perbelanjaan ITC Roxy Mas. Kelurahan tersebut letaknya dihimpit oleh kedua jalur kereta jurusan Duri-Grogol dan Duri-Tanah Abang.
Pada saat Republika mengunjungi RW 012 Kelurahan Duri Pulo, kondisi rumah nampak semrawut. Ditambah kondisi jalanan yang hanya cukup untuk satu mobil. Kebanyakan rumah warga di RW itu, memiliki luas sekitar 3x3 yang dibangun di samping pembatas beton rel setinggi dua setengah meter.
Rumah mereka tingkat dua, namun dibangun di atas tanah seluas 3x3 meter yang terbuat dari kayu dan triplek. Berisikan dua sampai tiga orang di dalamnya. Sungguh miris ketika melihat rumah warga yang terbuat dari kayu, lebih kecil dari kandang empat ekor ayam.
Kandang tersebut terletak di antara dua rumah warga penjual es dan penjual jasa jahit levis. Tampak kandang berukuran lebih besar dibandingkan dengan ke dua rumah warga tersebut.
Terlebih, masih saja ada warga membuang sampah di saluran mampet depan rumah. Akibatnya, air got nampak hitam dengan dipenuhi sampah plastik dan makanan. Dapat dihitung beberapa rumah yang layak sebagai tempat tinggal di kelurahan itu.
Tercium bau tidak sedap ketika melewati rumah warga yang persis berada di samping jalur rel. Tumpukkan sampah berada tepat 3 meter depan rumah. Sampah berserakan berisikan kayu, kasur, dan plastik bekas sabun.
Kondisi ini memaksa mereka melakukan aktivitas seperti mencuci, memasak, mereka lalukan tepat diatas saluran yang nampak mengeluarkan bau tak sedap. Saluran air tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Rumah yang hanya berukuran sepetak penyebab mereka lakukan aktivitas di luar.
Warga di sana juga masih memiliki ayam sebagai hewan peliharaan. Mereka melepas ayam tersebut berkeliaran mencari makan.
“Kita makan seadanya, ayam makan ya sisa kita,” kata warga Kelurahan Pulo Duri, Usman (70).
Tampak ramai ketika ojek daring dan kendaraan roda dua berlalu lalang lewat kelurahan RW 012. Sebagian dari mereka gunakan jalan ini sebagai jalan pintas.
Tampak salah seorang warga sedang membersihkan bahan makan tepat di atas saluran penuh sampah. Bersamaan dengan itu tepat disebelahnya warga membersihkan bekas botol plastik yang kemudian dikumpulkan dan dijual.
“Dijual buat makan,” ungkap Usman.
Ada juga beberapa rumah warga dibangun dari bahan bangunan seperti semen dan batu bata. Kemudian dikombinasikan dengan triplek dan kayu. Nampak tembok bewarna biru di rumah itu terlihat sudar pudar.
Sangat disayangkan ketika adanya pintu berukuran satu meter yang membatasi RW 012 Kelurahan Pulo Duri dengan RW 04 Kelurahan Duri Selatan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Pintu tersebut digunakan sebagai penyebrangan warga untuk melewati jalur rel kereta. Kondisi tersebut dikhawatirkan menimbulkan resiko kecelakaan, karena tidak adanya penjagaan di pintu tersebut.
Menjadi menarik ketika Pemprov DKI Jakarta masih membahas anggaran dan rencana penataan RW kumuh di Jakarta. Seketika, Bank Dunia tertarik dengan upaya penataan ulang kampung kumuh di RW 006 dan RW 007 di Kelurahan Galur.
Kemudian, dari Kepala Suku Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Jakarta Pusat Yaya Mulyarso, mengatakan, beberapa waktu lalu perwakilan Bank Dunia mengunjungi kelurahan kumuh di Jakarta. Bank Dunia sudah meninjau dan melihat kampung kumuh di RW 06 dan RW 07 Kelurahan Galur.
Warga beraktivitas di kawasan pemukiman kumuh di Manggarai, Jakarta, Selasa (5/11).
Bank Dunia sendiri sudah meninjau proses penataan di kampung kumuh tersebut. Pihaknya mengatakan, telah tertarik dengan konsep penataan di RW itu.
“Iya kemarin Bank Dunia meninjau, katanya tertarik,” ucapnya.
Diketahui, program penataan RW kumuh pada tahun ini merupakan implementasi rencana penataan dengan konsep community action plan (CAP) pada 2018. CAP itu menghasilkan rencana dalam tiga aspek, yakni fisik, sosial budaya, dan pemberdayaan ekonomi.
anggota Komisi A DPRD DKI, Syarif mengatakan hal tersebut rupanya bagus. Ketika penataan kampung dengan kondisi kumuh khususnya di DKI Jakarta. Konsep yang digunakan tentu memiliki fokus ke dalam tiga aspek.
“Bagus itu, mereka (Bank Dunia) tertarik,” jelasnya.