REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin memprediksi partai Nasional Demokrat (Nasdem) akan menjadi pengganggu dalam Koalisi Pemerintahan Joko Widodo. Namun, partai besutan Surya Paloh itu tetap tidak akan keluar dari Koalisi Indonesia Kerja.
"Walaupun Nasdem ada di koalisi Jokowi, namun Nasdem sepertinya akan jadi anak nakal atau bad boy dan akan banyak mengkritik Jokowi serta kebijakan-kebijakannya dari dalam koalisi," kata Ujang Komarudin di Jakarta, Ahad (10/11).
Prediksi itu dilihat berdasarkan rangkaian manuver politik Nasdem. Partai yang berdiri pada 2010 lalu itu melakukan safari politik dengan menemui Presiden PKS Sohibul Iman. Nasdem juga hanya mengundang Anies Baswedan ke Kongres II partai. Di acara partai itu pula, Surya Paloh membuat sejumlah pernyataan pedas yang diduga ditujukan kepada rekan koalisinya.
Ujang mengatakan, akan sangat merugikan bagi Nasdem kalau mereka keluar dari koalisi Jokowi. Namun, sambung dia, Nasdem juga tidak takkan menjadi pendukung yang loyal seperti di periode sebelumnya.
"Walau ada dalam barisan koalisi Jokowi, Nasdem akan mencari teman dari pihak oposisi," katanya.
Ujang menyebut bahwa manuver politik itu dilakukan karena Surya Paloh kecewa dengan Presiden Jokowi. Dia melanjutkan, presiden terpilih dianggap tak konsisten dalam penunjukan posisi ketua Jaksa Agung serta jatah tiga kementerian yang tidak strategis bagi Nasdem.
Ujang menambahkan, kekecewaan lainnya Nasdem terhadap Jokowi adalah karena dia mengajak Gerindra masuk ke dalam koalisi pemerintahan. Ujang mengatakan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang merupakan lawan Jokowi di Pilpres lalu justru diberi posisi menteri pertahanan.
"Masuknya Gerindra telah merubah peta politik internal koalisi Jokowi," katanya