REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mengirim tim ekspedisi Indonesia Prima ke Samudra Hindia untuk menggambarkan profil kedalaman kondisi laut dan profil vertikal atmosfer secara bersamaan.
"Agar tim ekspedisi dapat menguak blackhole atau banyak misteri di samudra kita yang ada di Indonesia," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Gedung BMKG, Jakarta, Senin (11/11).
Ekspedisi, kata dia, agar dapat lebih memahami interaksi laut dan udara. Dengan menyertakan multibeam echosounder (MBS), juga diharapkan ekspedisi bisa melihat profil batimetri atau kedalaman laut di wilayah penelitian di Samudera Hindia dan sekitar Benua Asia. Menurut dia, dari sejumlah ekspedisi di lautan perlahan mulai terkuak hal-hal dalam kemaritiman nasional lewat ekspedisi Indonesia Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis (Prima).
Indonesia Prima tahun ini akan diselenggarakan pada 12 November-10 Desember 2019 dengan tema "Observasi untuk Memahami Kompleksitas Samudera yang Terus Berubah". Program ekspedisi tersebut merupakan kerja sama tahun jamak selama lima tahun antara BMKG dengan Administrasi Nasional Kelautan dan Keatmosferan Amerika Serikat (NOAA).
Kegiatan juga ditujukan sebagai upaya merawat, menambah dan memperbaharui buoy/mooring laut ATLAS. Buoy biasa dipakai untuk alat deteksi tsunami dan deteksi berbagai parameter terkait cuaca. Ekspedisi tersebut juga menggandeng BPPT sehingga ekspedisi menggunakan Kapal Baruna Jaya I dengan berawak dua ahli kelautan NOAA, 12 peneliti BMKG, tiga akademisi, dan empat peneliti BPPT.