REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Suara Muhammadiyah memberikan kado manis memperingati Milad 107 Tahun Muhammadiyah. Kado itu berupa dimulainya pembangunan Menara SM (SM Tower) yang berlokasi di belakang Grha Suara Muhammadiyah.
Agenda dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, Direktur Suara Muhammadiyah Deni Asy'ari dan Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti.
Peletakan batu pertama Menara SM itu dibarengi peluncuran 48 produk Muktamar ke-48 Muhammadiyah yang akan berlangsung di Surakarta 2020. Serta, peluncuran SM Logistics dan dibukanya Muhammadiyah Expo.
Direktur Suara Muhammadiyah, Deni Asy'ari mengatakan, tahun ini SM sudah genap berusia 104 tahun. Ia merasa, usia itu sangat panjang bagi sebuah media cetak yang hingga kini masih menebarkan dakwahnya.
"Wajar rasanya jika beberapa tahun terakhir Suara Muhammadiyah terus memperoleh penghargaan demi penghargaan," kata Deny di Peletakan Batu Pertama Menara SM (SM Tower), Ahad (17/11).
Mulai dari media tertua di Indonesia, sampai media dakwah pelopor perjuangan yang menggunakan Bahasa Indonesia pertama. Karenanya, ia menegaskan, SM tetap harus bertahan di tengah gelombang digitalisasi.
Bagi Deni, salah satu usaha mempertahankan SM dilakukan dengan terus memperbanyak dan memperluas kantung-kantung bisnis. Hari ini, bertepatan pembangunan Menara SM, mereka turut meluncurkan 10 bisnis.
"Menara SM atau SM Tower turut hadir untuk itu, sebagai suatu bagian konsolidasi ekonomi persyarikatan, yang keberadaannya diharapkan jadi kebanggaan dan simbol kemandirian ekonomi persyarikatan," ujar Deni.
Menara SM sendiri akan dibangun di atas tanah seluas 1.100 meter persegi. Rencananya, menara ini akan menyediakan 90-100 kamar lengkap dengan fasilitas ruang-ruang rapat yang memiliki kapasitas 600-800 orang.
Menghabiskan dana sekitar Rp 45 miliar, Deni mengaku ingin pembangunan Menara SM diusahakan memakai dana mereka secara mandiri. Bahkan, meminta mitra-mitra perbankan tidak menawarkan bantuannya.
"Izinkan dulu kami berikhtiar," kata Deni.
Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii berpesan agar Menara SM atau SM Tower tetap memakai nama Indonesia. Ia menekankan, penggunaan bahasa penting dilakukan.
Terlebih, Buya berpendapat, hari ini sepertiga bahasa-bahasa lokal terancam atau bahkan sudah punah. Padahal, ia menekankan, bahasa itu mengandung sangat banyak makna, salah satunya kebudayaan itu sendiri.
Buya turut memberikan apresiasinya atas inisiasi-inisiasi yang telah diwujudkan Suara Muhammadiyah. Ia berharap, semua warga Muhammadiyah bisa menjadikan itu semangat motivasi membesarkan persyarikatan.
"Jadi, jangan selalu bergantung kepada pimpinan pusat, harus ada inisiator-inisiator lokal," ujar Buya Syafii.