Selasa 19 Nov 2019 09:31 WIB

Muhammadiyah Resmikan Online University

Kehadiran Muhammadiyah Online University menjembatani industri 4.0 dan society 5.0.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Sang Surya Orkestra membawakan lagu Muktamar ke-48 Muhammadiyah saat resepsi milad ke-107 Muhammadiyah di UMY, Yogyakarta, (Senin (18/11). Selain syukuran milad, pada acara ini juga diluncurkan seragam dan lagu Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta tahun depan.
Foto: Wihdan Hidayat
Sang Surya Orkestra membawakan lagu Muktamar ke-48 Muhammadiyah saat resepsi milad ke-107 Muhammadiyah di UMY, Yogyakarta, (Senin (18/11). Selain syukuran milad, pada acara ini juga diluncurkan seragam dan lagu Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta tahun depan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Muhammadiyah secara resmi meluncurkan Muhammadiyah Online University (MOU). Peluncuran dilakukan tepat pada Milad 107 Tahun Muhammadiyah di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan kehadiran MOU memang sebagai satu langkah antisipasi perkembangan revolusi industri 4.0 ke society 5.0. Haedar menekankan, untuk sampai ke sana butuh proses yang tentu tidak pendek.

Baca Juga

"Lewat MOU itu kita berharap ada proses adaptasi kita untuk maju ke era 4.0 sampai ke era 5.0," kata Haedar, Senin (18/11).

Ia menilai, dasarnya tetap prinsip-prinsip sistem good governance, terbuka, sarat daya dukung teknologi yang canggih. Tapi, Haedar menekankan, subtansinya tetap sama baik yang offline maupun online.

"Harus membentuk, menumbuhkembangkan dan memperkaya potensi akal budi manusia, sebab secanggih-canggihnya teknologi itu alat, dan secanggih-canggihnya produk teknologi tetap benda mati," ujar Haedar.

Menurut Haedar, akal budi merupakan harta yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki apapun, termasuk robot. Manusia dengan hati, rasa, pikiran, itu semua lebih canggih ketimbang robot secanggih apapun.

"Muhammadiyah ingin menciptakan perubahan-perubahan yang selain bertumpu kepada sistem tapi budaya atau tradisi yang manusia beradaptasi ke sana," kata Haedar.

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Gunawan Budiyanto menerangkan, Muhammadiyah memiliki 164 perguruan tinggi yang 56 di antaranya universitas. Lokasinya tersebar di seluruh Indonesia.

Menghadapi era 4.0 yang salah satu kendaraan utamanya komunikasi digital, Muhammadiyah merasa perlu mengantisipasinya. Termasuk, kata Gunawan, dalam sistem-sistem pendidikan yang selama ini dimiliki.

Ia merasa, kehadiran MOU akan membuat proses belajar dan mengajar bisa 60-70 persen diganti melalui daring. Sehingga, waktu belajar bisa 24 jam, menuntut mahasiswa jadi pemain utama pembelajaran.

"Pelayanan administrasi akademik 24 jam, bahan baca dan perpustakaan 24 jam, dan secara otomatis proses ini akan lebih banyak mendasar kepada seberapa tinggi tingkat kedewasaan mahasiswa," ujar Gunawan.

Melalui MOU, ia mengungkapkan, Muhammadiyah mempersiapkan satu sistem tersendiri yang bisa mencakup tidak cuma seluruh Indonesia. Nantinya, lanjut Gunawan, pembelajaran bisa 60 persen tatap muka dan 40 persen daring. UMY sendiri sudah menjalankan sistem ini dua tahun terakhir dengan hasil yang berjalan cukup baik.

"MOU melibatkan lima PTM, UMY dan UMY ditunjuk mempersiapkan secara teknis karena kebetulan sarana dan prasarana IT lebih lengkap, untuk konten ditugaskan ke UAD karena memiliki Fakultas Keguruan," kata Gunawan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement